Liputan6.com, Surabaya - Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengklaim angka stunting di wilayahnya terus berkurang. Data Pemkot Surabaya mencatat, pada 2020 prevalensi stunting mencapai 12.788 kasus. Namun, angka tersebut turun drastis pada 2021 menjadi 6.722 kasus. Pada 2022 per Juli, stunting kembali turun menjadi 1.219 kasus.
"Jadi sebenarnya kemarin sudah kita lakukan dan kita stuntingnya turun drastis. Tapi hari ini saya ingin Surabaya menuju zero stunting," kata Wali Kota Eri Cahyadi, Rabu (31/8/2022).
Menurut dia, untuk menuju zero stunting, Pihaknya tidak bisa bekerja sendiri. Makanya, melalui Rembuk Stunting, pemkot menjalin kerja sama dengan instansi dan stakeholder terkait. Mulai dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Jawa Timur, Organisasi Profesi Kesehatan, serta perguruan tinggi di Kota Surabaya.
Advertisement
"Itulah yang kita lakukan dan kita kerja sama dengan Kementerian Agama (Kemenag) juga. Karena sebelum (pasangan) menikah, itu sebenarnya stunting kita bisa jaga dari pencegahannya yang paling baik," katanya.
Artinya, pencegahan stunting yang dilakukan di Kota Surabaya, tak hanya saat baru balita pertama kali lahir. Namun, sebelum pasangan itu menikah hingga masa tumbuh kembang anak, upaya mencegah stunting terus dilakukan.Â
"Sebelum mereka (pasangan) menikah ada rapak di Kemenag. Ada surat rekomendasi juga dari lurah. Nah itu kita bisa tahu datanya siapa saja di situ," ungkap dia.
 Bahkan, ketika sang anak sudah mengenyam pendidikan di tingkat dasar, upaya pencegahan stunting ke depan juga akan dilakukan pemkot. Pencegahan itu di antaranya adalah dengan memberikan tambahan vitamin zat besi kepada sang anak.Â
"Di situ kita berikan yang namanya vitamin. Karena di situ ada pemeriksaan kesehatan, mulai dari tinggi dan lingkar badan. Itu yang kita lakukan ke depan," jelasnya.
Â
Libatkan Rumah Sakit dan Puskesmas
Wali Kota Eri Cahyadi juga menyebutkan, bahwa untuk memasifkan upaya pencegahan stunting, pemkot telah menjalin kerja sama dengan seluruh rumah sakit dan bidan. Nah, ketika ada kelahiran bayi, maka pihak rumah sakit maupun bidan akan melaporkannya kepada Pemkot Surabaya.
"Nanti bayi itu lahir pertama kali kita sudah disampaikan data. Bayi itu berat dan panjangnya berapa, itu bisa kita tahu dan intervensi kita lakukan. Pada waktu masa kehamilan itu juga sebelum melahirkan kita lakukan," terangnya.
Sementara di saat masa pertumbuhan balita, pemantauan secara berkala juga dilakukan pemkot dengan melibatkan Kader Surabaya Hebat (KSH). Apalagi, melalui Rembuk Stunting dengan melibatkan stakeholder terkait, ia meyakini, Surabaya segera menuju zero kasus.
Â
Advertisement