Sukses

Khofifah Siapkan Pengganti Jembatan Gantung yang Putus di Probolinggo

Sekretaris Daerah Kabupaten Probolinggo Soeparwiyono menyatakan, pihaknya langsung memerintahkan OPD terkait untuk cek lapangan begitu mendapat kabar jembatan gantung putus.

Liputan6.com, Probolinggo - Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa meninjau lokasi ambruknya jembatan gantung di Desa Kregenan Kecamatan Kraksaan, Kabupaten Probolinggo.

Didampingi Sekda Probolinggo Soeparwiyono, Khofifah meminta dilakukan exercise kaitannya dengan proses penyiapan jembatan gantung yang bisa menggantikan jembatan gantung yang ambruk.

“Karena koneksitas masyarakat dari Pajarakan ke Kraksaan ini menjadi bagian penting. Jadi harus di-exercise. Insya Allah dimungkinkan dengan menggunakan BTT (Belanja Tidak Terduga) Pemprov Jawa Timur karena jembatan gantung ada di e-katalog,” ungkapnya, Jumat (9/9/2022).

Untuk para siswa yang menjadi korban, Khofifah meminta agar mereka mendapatkan layanan kesehatan dan trauma healing., sehingga proses belajar mengajar tetap bisa dilakukan.

“Sambil bersabar, kita akan exercise dengan Pemkab Probolinggo untuk asesmen. Jadi asesmen jembatan gantung yang ada di Probolinggo, tetapi sebetulnya bisa dijadikan proses untuk refleksi dan evaluasi dari seluruh jembatan gantung di Jawa Timur. Bagaimana hadirnya jembatan gantung bisa memberikan layanan koneksitas dari mobilitas masyarakat dan aman,” terangnya.

Sekda Probolinggo Soeparwiyono menyatakan, pihaknya langsung memerintahkan OPD terkait untuk cek lapangan begitu mendapat kabar jembatan gantung putus.

"Termasuk cek korban di rumah sakit. Kita koordinasi di lapangan dan asesmen,” katanya.

2 dari 2 halaman

10 Orang Korban Dirawat Intensif

Soeparwiyono menyatakan, pihaknya fokus kepada korban yang ada di rumah sakit. Saat ini ada 10 orang yang rawat inap di RSUD Waluyo Jati. Awalnya ada 15 orang, tetapi yang 5 orang sudah bisa dipulangkan dengan melakukan rawat jalan.

“Saya sudah memerintahkan Kepala Dinas Kesehatan untuk berkoordinasi dengan pihak RSUD Waluyo Jati agar biaya perawatan seluruh korban yang dirawat gratis ditanggung Pemerintah Daerah,” tegasnya.

Soeparwiyono menyebut penyebab ambruknya jembatan gantung tersebut pertama karena kondisi sudah tua. Informasinya jembatan gantung ini dibangun pada 2001 atau 21 tahun yang lalu. Jadi memerlukan perawatan.

“Selain itu, kondisinya memang kurang layak jika banyak yang melewatinya. Jadi bebannya melebihi kapasitas yang seharusnya,” pungkasnya.