Liputan6.com, Banyuwangi Sejumlah siswa SDN 2 Jajag Banyuwangi memadati areal Lubang Buaya Cemetuk, untuk mengenang tragedi berdarah Gerakan 30 September (G30S) PKI.
"Ini berkaitan dengan momen, dan di dekat sini ada situs sejarah peristiwa pemberontakan G30S PKI," ujar Kepala Sekolah SDN 2 Jajag Banyuwangi Siti Ismariyah, Jumat (30/9/2022).
Siswa juga diajak untuk menanamkan jiwa nasionalisme dan patriotisme dalam diri sejak dini, sebab bagaimanapun sejarah tak boleh dilupakan. Dengan cara ini Ismariyah berharap anak didiknya bisa mengambil hikmah dari kejadian-kejadian di masa lalu.
Advertisement
"Agar anak-anak membiasakan diri untuk memiliki jiwa nasionalisme dan mengenal sejarah sejak dini, dan mengambil hikmah dibalik Tragedi G30S PKI," cetusnya.
Restu Ardian, siswa yang ikut belajar di Lubang Buaya Cemetuk mengatakan, momen mengerikan yang terjadi di Jakarta maupun Banyuwangi ini merupakan contoh sejarah yang mendunia, hal-hal yang terjadi saat itu menurutnya patut dikenang dan dipelajari.
"Belajar di sini sekaligus mengenang sejarah pemberontakan G30S PKI, kita belajar sembari berdoa kepada para pahlawan," ungkapnya.
Â
Puluhan Korban
Tercatat sekitar 62 anggota Gerakan Pemuda Ansor tewas di tangan PKI. Jasad mereka ditumpuk di tiga lubang berukuran sebagai pemakaman massal yang kini dikenal sebagai Lubang Buaya Cemetuk, Kecamatan Cluring, Banyuwangi.
Luas lahan Lubang Buaya ini berkisar 500 meter persegi. Lokasinya di tengah perkampungan. Terdapat tiga lubang sekaligus sebagai makam para anggota Ansor yang terbunuh.
Satu lubang besar berukuran 2x7 meter Konon menampung sebanyak 42 jenazah. Lalu, dua lubang lainnya berukuran 2x3 meter masing-masing berisi 10 jenazah.
Advertisement