Liputan6.com, Malang - Layanan trauma healing dari berbagai komunitas dilibatkan pasca tragedi Stadion Kanjuruhan Malang. Mereka membantu penanganan bukan hanya untuk para korban, tapi juga masyarakat yang terdampak secara psikologis atas peristiwa tersebut.
Tragedi Kanjuruhan Malang merenggut banyak korban jiwa. Berdasarkan data sementara, ada 130 orang meninggal dunia dan ratusan orang terluka. Peristiwa itu juga menyisakan pengalaman traumatik ke banyak orang.
Baca Juga
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy, tak memungkiri banyak masyarakat yang butuh layanan healing guna memulihkan mental mereka. Sehingga layanan trauma healing tak hanya difokuskan kepada korban langsung dan keluarganya saja.
Advertisement
"Jangan hanya fokus kepada korban cedera atau penonton di stadion saja, tapi juga semua yang punya masalah psikologis karena peristiwa ini," kata Muhadjir di Malang, Kamis, (6/10/2022).
Ia meminta semua tim layanan healing yang didalamnya juga terdapat beberapa dinas di bawah Pemda untuk menelusuri semuanya.
Ia menyebut banyak keluarga yang tak ikut menonton juga mengalami trauma. Sebab ada anggota keluarga mereka yang jadi korban. Atau penonton yang meski selamat tapi menyaksikan langsung tragedi maut itu masih mengalami dampak psikologis sampai hari ini.
"Semua harus ditelisik, jangan sampai tragedi itu berdampak buruk berkepanjangan pada masyarakat," ujar Muhadjir.
Tim Trauma Support Mobility dilengkapi kendaraan operasional. Hal itu diharapkan memudahkan mereka dalam bekerja, termasuk jemput bola ke rumah warga. Pemkab Malang juga diminta memperluas jangkauan data untuk mendeteksi korban tragedi Stadion Kanjuruhan yang terdampak secara psikologis.
"Tim bisa datang langsung ke klien, pemkab juga sudah memperluas datanya untuk mendeteksi siapa yang butuh trauma healing," kata Muhadjir.
Posko Utama di UMM
Tim Layanan Trauma HealingTim Unit Layanan Trauma Healing tergabung dalam gerakan support mobility ini melibatkan banyak pihak. Posko utama tim ini berada di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Tim terdiri dari tim medis dan psikologis yang bertujuan mendampingi, menemani, mendengarkan keluh kesah keluarga korban serta memberikan pelayanan psikologis.
Tim ini berasal dari berbagai organisasi seperti UMM, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Malang, HIMPSI Malang, Save the Children, Maharesigana UMM, MDMC, UIN Maulana Malik Ibrahim, Unmer, UNIBRAW dan lainnya.
"Di Malang ini kan juga banyak mahasiswa fakultas psikologi. Segera bergabung terlibat dalam gerakan ini," ujar Muhadjir Effendy.
Ia juga mengimbau gerakan ini selalu terkoordinasi dan menjangkau mereka yang tak terjangkau. Sebab korban secara psikologis butuh penanganan berbeda dengan korban yang mengalami luka fisik.
"Jangan sampai peristiwa ini ada dampak buruk berkepanjangan," katanya
Advertisement