Sukses

Korban Meninggal Susulan Tragedi Kanjuruhan Karena Gagal Nafas Akut dan Luka Berat

Tim dokter RS Saiful Anwar Malang menyebut korban tragedi Kanjuruhan meninggal dunia karena gagal nafas akut kategori berat

Liputan6.com, Malang - Korban jiwa tragedi Stadion Kanjuruhan Malang kembali bertambah. Helen Prisela, warga Banjar Patoman, Dampit, Kabupaten Malang, menghembuskan nafas terakhirnya di RS Saiful Anwar Malang pada Selasa, 11 Oktober 2022 pada pukul 14.15 WIB.

Helen Prisela masih berusia 20 tahun. Korban selama 10 hari ini berjuang bertahan hidup di RSSA Malang. Salah satu korban tragedi Stadion Kanjuruhan itu dinyatakan meninggal karena mengalami gagal nafas akut. Tubuhnya juga terdapat sejumlah luka berat.

Tangis haru tak kuasa ditahan keluarga korban tragedi Stadion Kanjuruhan itu selama menunggu di depan kamar jenazah RSSA Malang.

"Di mana anakku. Pulangkan anakku," teriak Rini, ibu korban dengan berurai air mata. Beberapa keluarga berusaha menenangkannya.

Jenasah almarhumah dari kamar jenazah RSSA Malang dibawa ambulans menuju rumah duka sekitar pukul 16.15. Rencananya, jenasah akan dimakamkan di tempat pemakaman umum (TPU) di Desa Banjar Patoman, Dampit, pada Selasa malam.

Tim dokter RSSA Malang menyebut korban meninggal karena acut respiratory distress syndrom atau gagal nafas akut kategori berat. Salah satu penyebabnya, ada banyak cidera pada tubuhnya hingga pendarahan pada organ dalam.

"Sejak masuk rumah sakit kondisinya sudah kritis, ada banyak cidera. Ternyata ada pendarahan pada organ dalam, menyebabkan cidera di paru-paru," kata dokter Ari Zainul Fatoni, spesialis anestesi dan konsultan ICU RSSA Malang.

2 dari 2 halaman

Cidera Parah

Korban Helen Prisela sempat dioperasi di RSSA Malang pada 4 Oktober 2022. Tapi karena banyak luka pada tubuh termasuk organ dalam, membuat pasca operasi itu kesehatannya tetap memburuk. Selama perawatan korban harus menggunakan alat bantu pernafasan.

“Secara keseluruhan kondisinya ada luka pada wajah, dada dan perut. Juga patah tulang tangan. Pasien pasca operasi cenderung tak sadar hingga meninggal dunia,” ujar Ari Zainul.

Wakil Direktur RSSA Malang, Syaifullah Asmiragani, mengatakan korban Helen Prisela mengalami pendarahan pada organ dalam karena luka. Diduga disebabkan benda tumpul akibat terinjak atau hal lainnya. Saat dilakukan pembedahan, ada darah sekitar 500 CC.

“Kalau disebabkan gas air mata, kami belum bisa memastikan. Tapi bisa jadi itu turut berkontribusi menyebabkan korban cidera karena situasi itu (kepanikan di tribun,” kata Asmiragani.

Helen Prisela menambah daftar panjang korban jiwa akibat tragedi Kanjuruhan. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Malang, dengan bertambahnya korban jiwa ini membuat total korban meninggal dunia ada 132 orang.