Sukses

Dinsos Malang: Pemulihan Trauma Korban Tragedi Kanjuruhan Butuh 3 Bulan Lebih

Dinsos Kota Malang memerkirakan pendampingan ke korban tragedi Kanjuruhan butuh waktu lebih dari 3 bulan

Liputan6.com, Malang - Perlu waktu lama untuk memulihkan psikis para korban dan keluarganya atas tragedi Kanjuruhan. Peristiwa mengerikan itu begitu menancap dalam memori mereka, sehingga harus ada pendampingan dalam jangka panjang.

Kepala Dinas Sosial Kota Malang, Penny Indriani, mengatakan pemulihan trauma mendalam para korban tragedi Kanjuruhan membutuhkan waktu bisa lebih dari 3 bulan. Sebab peristiwa itu begitu menancap pada memori korban maupun keluarganya.

"Kondisi para korban masih banyak masih yang stres. Mereka harus benar-benar didampingi sampai pulih traumanya," kata Peni di Malang.

Bentuk stres para korban itu beragam. Ada yang cenderung diam, tatapan mata kosong, tiba-tiba menangis bila kembali ingat peristiwa itu dan lainnya. Karena itu harus ada pendampingan dalam jangka waktu lama agar pengalaman traumatik itu tak berdampak pada hidup mereka.

"Korban kekerasan dalam rumah tangga saja butuh tiga sampai empat bulan pendampingan. Apalagi korban peristiwa ini," ucapnya.

Pemulihan psikis korban yang kini masih dirawat di rumah sakit bisa dibantu oleh dokter kejiwaan maupun psikiatri rumah sakit. Sedangkan untuk mereka yang sudah pulang ke rumah, jadi tanggungjawab pemerintah daerah.

Penny melanjutkan, tenaga konselor di Dinas Sosial hanya ada empat orang saja. Agar bisa menjangkau semua korban tragedi Kanjuruhan, ada kerja sama dengan Himpunan Psikologi Indonesia (Himpsi) maupun komunitas lainnya.

“Kami sudah melayat ke sekitar 16 rumah duka, itu pun belum semua ada trauma healing karena keterbatasan tenaga,” katanya.

2 dari 2 halaman

Crisis Center Kanjuruhan

Penny Indriani mengatakan peristiwa itu juga membuat lima anak-anak warga Kota Malang kehilangan orang tuanya. Ada yang ibunya atau bapaknya meninggal dunia dan ada pula yang kehilangan kedua orang tuanya.

“Ada anak – anak jadi yatim, piatu dan yatim piatu. Mereka ini juga harus diberi pendampingan,” ujarnya.

Sementara itu Federasi Kontras menilai Crisis Center yang didirikan pemerintah tak bekerja maksimal dalam penanganan terhadap korban Kanjuruhan, lebih mirip posko informasi. Kurang memberikan perhatian langsung ke korban.

“Harusnya bergerak aktif memantau kondisi seluruh korban. Mereka yang mengalami trauma berat sebab bila tak segera ditangani bisa semakin parah gangguan kejiwaannya,” kata Sekjen Federasi Kontras, Andi Irfan.

Tragedi Kanjuruhan pada 1 Oktober 2022 usai pertandingan Arema versus Persebaya merenggut banyak korban. Sampai dengan 18 Oktober 2022 kemarin, terdata peristiwa itu menyebabkan 708 orang jadi korban langsung.

Yaitu 133 orang meninggal dunia, 23 orang luka berat, 45 orang luka sedang dan 507 orang luka ringan. Itu belum termasuk masyarakat yang mengalami trauma, baik mereka yang selamat tanpa luka fisik ketika terjadi peristiwa itu maupun karena ada anggota keluarganya jadi korban.

Video Terkini