Liputan6.com, Pasuruan - Perusahaan produsen pakan ternak asal Belanda De Heus meresmikan pabrik baru seluas lima hektare di kawasan Industri Pasuruan Industrial Estate Rembang (PIER) Pasuruan. Pabrik tersebut mempunyai kapasitas produksi sebesar 300.000 MT per tahun.
Pabrik di Pasuruan merupakan pabrik yang keempat di Indonesia. Sebelumnya, De Heus sudah memiliki pabrik produksi di Bekasi, Bogor, dan Mojokerto.
President Director De Heus Indonesia, Kay De Vreese mengungkapkan, dengan merogoh investasi sebesar Rp 400 miliar, pabrik di Pasuruan menjadi lokasi produksi pakan paling modern sekaligus berkelanjutan di Indonesia. Ke depan kapasitas pabrik ini akan terus ditingkatkan menjadi 50.000 MT per bulan.
Advertisement
"De Heus sendiri sudah berdiri sejak 100 tahun lalu dan saat ini telah memiliki pabrik di 25 negara di dunia. Pabrik kami di Bekasi adalah yang terbesar diantara pabrik De Heus di seluruh dunia dengan kapasitas produksi sebesar 55.000 MT per bulan," ucapnya.
Kay mengatakan, pabrik di Bekasi adalah untuk produksi pakan ayam, pakan ikan dan udang serta benih udang. Sementara pabrik di Bogor memproduksi pakan ayam, sedangkan pabrik di Mojokerto produksi pakan ayam dan pakan ikan.
"Pabrik di Pasuruan ini akan memproduksi pakan ayam saja," ujarnya.
Kay menyebut, produk pakan yang dihasilkan pabrik De Heus di Indonesia, seluruhnya untuk memenuhi pasar dalam negeri. Khusus pabrik di Mojokerto dan Pasuruan, adalah untuk pasar di kawasan Indonesia Timur.
"Potensi pasar di Indonesia sangat besar. Populasi penduduk Indonesia diproyeksikan meningkat menjadi 298 juta orang pada tahun 2030," ucapnya.
Artinya, kata Kay, konsumsi protein diperkirakan akan meningkat secara siginifikan di masa depan.
"De Heus siap berkontribusi untuk membantu menjaga akses pangan yang aman dan sehat bagi populasi yang terus tumbuh secara berkelanjutan," ujarnya.
Sejak masuk ke Indonesia pada 2018, De Heus Indonesia telah melalui masa perkembangan yang dinamis. De Heus berkomitmen untuk mempertahankan dan memperkuat kewirausahaan mandiri dan masa depan dalam peternakan dan budidaya perikanan.
Dengan berbagi pengetahuan dan pengalaman, antara lain untuk manajemen petemakan, biosekuriti, kebersihan, keamanan pangan dan kesejahteraan hewan, pihaknya mendukung petemak mandiri, petani ikan dan udang di Indonesia untuk maju dalam profesionalisasi, peningkatan, dan profitabiltas.
"Dengan kehadiran kami di Indonesia, kami memiliki tanggung jawab untuk berkontribusi pada bangsa. Pabrik modem ini menjadi salah satu kontribusi kami, dengan mesin-mesin dari Eropa, otomatisasi, dan juga sistem digital atau robotic technology," ucap Kay.
Kerja Sama dengan Petani
Dalam kesempatan itu juga ditandatangani perjanjian kerja sama antara De Heus dengan petani jagung melalui asosiasi yang mewakili 35.000 petani jagung, pemuda petani milenial (Himpunan Kerukunan Tani Indonesia/HKTI), Kelompok Tani Sinar Tani (Proboiinggo, Jawa Timur) dan Koperasi KTNA Mustika Tani Sejahtera (Blora, Jawa Tengah) untuk mengembangkan usahanya yang meliputi pengadaan, pemberdayaan, dan pengembangan.
"Kami menggandeng para petani jagung untuk kebutuhan bahan baku. Ini adalah untuk keberlanjutan produksi. Sementara komponen bahan baku yang masih diimpor adalah tepung kedelai yang komposisinya sekitar 30 persen," ujar Kay.
Â
Advertisement