Sukses

40 Hari Tragedi Kanjuruhan, Putri Berjuang Memulihkan Sebagian Ingatan

Korban tragedi Kanjuruhan masih kehilangan sebagian memori di otaknya usai koma di rumah sakit.

Liputan6.com, Malang - Dian Puspita Putri Ardiyanti duduk di kursi roda. Kaki kanannya dibalut perban hijau. Bekas memar di sisi kanan wajahnya masih terlihat dan kelopak matanya tampak kemerahan. Ia salah satu korban tragedi Kanjuruhan, sempat 10 hari koma di rumah sakit.

Siang itu, Putri, begitu sapaan karib warga Jalan Plaosan Timur VII, RT 6 RW 12, Blimbing, Kota Malang, itu di rumahnya ditemani bibinya. Sedangkan ibunya sedang pergi ke mengambil rapor adiknya di sekolah.

“Ibu ambil rapor adik di SMP Negeri 20,” kata Putri, Rabu, 9 November 2022.

Ibunya sebenarnya sedang mengambil rapor adiknya yang sudah duduk di bangku kelas XII di SMA Negeri 9 Kota Malang. Usia Putri dengan adiknya yang juga perempuan itu tak begitu terpaut jauh. Putri sendiri lulus dari SMK Negeri 9 Kota Malang pada 2020 silam.

Sebagian memori di otak gadis itu hilang dan ia merasa masih berstatus pelajar. “Banyak teman sekolah datang menengok ke sini,” ujarnya. Ia kerap tersenyum dan ikut tertawa renyah saat awak media mengajaknya bersendau gurau.

Sesekali rasa sakit tiba-tiba muncul di bagian kaki, kepala maupun badannya. Meski begitu, ia tak ingat apakah saban hari harus mengkonsumsi obat atau menggunakan obat luar untuk membantu masa pemulihannya. Ia juga tak ingat detil penyebab kondisinya seperti itu.

“Tidak (minum obat), eh entah,” ucap Putri dengan ekspresi seperti berusaha mengingat.

Tak lama kemudian, Karyati, ibu dari Putri tiba di rumah. Sang ibu menjelaskan kondisi anak sulungnya tersebut. “Alhamdulillah berangsur membaik, hanya saja ada sebagian ingatannya yang hilang. Awal pulang dari rumah sakit, Putri seperti merasa masih sekolah,” kata Karyati.

Menurutnya, sebagian ingatan yang hilang itu seperti peristiwa Kanjuruhan dan penyebabnya patah tulang kaki, masa ketika bekerja di sebuah pabrik pembuatan vapor di Malang dan momen selama dua tahun terakhir.

“Kalau penjelasan dokter, itu karena ada trauma di kepala akibat benturan dan sempat koma beberapa hari. Diperkirakan akan pulih dengan sendirinya,” ujar Karyati.

2 dari 2 halaman

Tak Ada Pendampingan

Saat pertandingan Arema versus Persebaya pada 1 Oktober 2022 di Stadion Kanjuruhan, Putri berangkat bersama rombongan temannya dan berada di tribun 13. Itu adalah pengalaman pertamanya menonton langsung di stadion.

“Diajak teman-teman sekolahnya dulu pergi nonton. Anak saya sebenarnya tak begitu paham sepakbola,” ucap Karyati.

Ketika terjadi peristiwa itu, Putri termasuk salah satu dari ratusan korban. Ia dilarikan ke RS Wafa Husada lalu dirujuk ke RS Saiful Anwar (RSSA) Malang. Karyati baru menemukan anaknya di rumah sakit sekitar pukul 04.30 dengan kondisi bagian dada sampai wajah menghitam.

“Saya sempat kesulitan mengenali anak saya, untung ada tanda tahi lalat di wajahnya yang membantu keluarga bisa mengenalinya,” ujar Karyati.

Kondisinya kritis tak sadarkan diri, harus dibantu ventilator selama 10 hari di ICU RSSA Malang. Sekitar 13 Oktober, tim dokter baru bisa melakukan tindakan operasi ketika kondisinya mulai stabil. Perlahan ia makin membaik dan baru pulang ke rumah pada 23 Oktober lalu.

“Pulang diberi parasetamol dan tiga jenis obat tetes mata. Pendampingan psikologis ya selama di rumah sakit saja, tidak pernah ada dokter atau psikolog yang datang ke rumah,” kata Karyati.

Putri baru kembali ke RSSA Malang cek perkembangan kesehatannya pada 26 Oktober. Sedangkan cek kesehatan kedua dijadwalkan pada 17 November mendatang. “Saya berharap ada jaminan kemudahaan layanan di rumah sakit, tidak menunggu terlalu lama,” kata Karyati.

Karena kondisinya masih belum memungkinkan, perusahaan tempat Putri bekerja tak memperpanjang masa kontrak kerja selama tiga bulan yang baru saja habis. “Perusahaan ke sini beri bantuan dan bilang kalau sudah pulih dipersilakan melamar kerja lagi,” ujarnya.

Selama Karyati wawancana dengan jurnalis, Dian Puspita Putri Ardiyanti atau Putri, tampak memerhatikan perkataan ibunya. Ia seperti berusaha menyusun ulang puzzle memorinya berdasarkan keterangan ibunya.

“Iya, saya pernah bekerja di Mojokerto setelah lulus SMA. Di sana tinggal di rumah saudara,” ujar Putri tersenyum.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Malang, Husnul Muarif, mengklaim seluruh puskesmas dan kelurahan telah diperintahkan memantau 117 korban tragedi Kanjuruhan asal Kota Malang yang rawat jalan. “Termasuk bila harus mengantar ke rumah sakit untuk periksa kesehatan,” katanya.

Menurutnya, hilangnya sebagian memori di otak yang dialami beberapa korban tragedi Kanjuruhan karena trauma di kepala akibat benturan. Hal itu membuat impuls atau rangsangan syaraf terganggu.

“Perlu pendampingan psikolog untuk evaluasi kondisi korban. Keluarga maupun sahabat korban sangat bisa berperan aktif membantu pemulihan dengan menjalin komunikasi intensif,” katanya.