Sukses

Merekam Jejak Budaya Osing Kemiren dalam Buku Hasil Kolaborasi BI dan Perpusnas

Lewat buku, lanjut Afrinaldo atau biasa disapa Aldo, diharapkan bisa mengabadikan kekayaan budaya tersebut.

Liputan6.com, Banyuwangi - Bank Indonesia (BI) menggandeng Perpustakaan Nasional (Perpusnas) menerbitkan buku berjudul “Merekam Jejak Budaya Osing Kemiren" untuk mendukung pariwisata di Bumi Blambangan Banyuwangi.

Buku itu merangkum tentang keragaman budaya dan tradisi masyarakat Osing di Desa Kemiren Banyuwangi. Desa adat ini sengaja dipilih karena mampu bertransformasi menjadi destinasi wisata unggulan.

"Potensi Desa Kemiren sangat luar biasa. Mulai budaya, tradisi, kuliner, hingga peralatan makannya sangat legend. Inilah yang membuat kami tercetus untuk membukukannya," Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jember Yukon Afrinaldo. Selasa (13/12/2022).

Lewat buku, lanjut Afrinaldo atau biasa disapa Aldo, diharapkan bisa mengabadikan kekayaan budaya tersebut.

"Cerita tentang budaya masyarakat Desa Kemiren ini harus disebarluaskan. Ini sekaligus sebagai upaya pelestarian budaya," tambahnya.

Selain itu, imbuh Aldo, seni dan budaya memiliki peran dalam upaya pemulihan ekonomi. Keotentikan seni dan budaya yang terus dirawat akan menjadi daya tarik yang menyedot kunjungan wisatawan. Tentu bisa berimbas pada perputaran ekonomi warga.

"Kekayaan seni dan budaya yang kita miliki bisa dimaksimalkan untuk mendongkrak ekonomi. Salah satunya, melalui pengembangan desa wisata adat," ujar Aldo. 

Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani, berterimakasih atas dukungan BI terhadap pengembangan desa adat wisata di Banyuwangi.

"Semoga kegiatan ini bisa berdampak peningkatan mutu desa-desa wisata di Indonesia, termasuk yang ada di Banyuwangi," kata Ipuk.

 

2 dari 2 halaman

Pariwisata Sebagai Penggerak Ekonomi Banyuwangi

Sejak 12 tahun terakhir, papar Ipuk, Banyuwangi telah memilih pariwisata sebagai payung untuk menggerakkan perekonomian. Dengan mengusung konsep ecotourism, Banyuwangi terus konsisten merawat kearifan lokal sebagai daya tarik pariwisata.

"Kami rangkul seniman dan budayawan untuk bersama-sama mengembangkan pariwisata, sekaligus tetap menjaga adat istiadat," kata Ipuk.

Ipuk mencontohkan tentang kebijakan Banyuwangi dalam mengeluarkan izin pembangunan hotel yang menjadi salah satu prasarana wisata. Unsur-unsur lokalitas harus terlihat menonjol dalam gedung dan pengelolaannya.

“Setiap pembangunan hotel atau gedung, kami juga wajibkan untuk tetap mengusung kearifan lokal. Ini cara kami merawat budaya di tengah gempuran kemajuan peradaban," imbuhnya.