Sukses

65 Ribu Siswa di Surabaya Bakal Gelar Tari Remo Massal

Kepala Dinas Pendidikan (Dispendik) Kota Surabaya Yusuf Masruh mengatakan, sebanyak 65 ribu peserta ini berasal dari 350 lebih siswa SD-SMP serta sanggar tari.

 

Liputan6.com, Surabaya - Sebanyak 65 ribu lebih masyarakat, pelajar dan anggota sanggar tari di Kota Surabaya, bakal menggelar tari remo massal di Jembatan Suroboyo pada Minggu, 18 Desember 2022.

Kepala Dinas Pendidikan (Dispendik) Kota Surabaya Yusuf Masruh mengatakan, sebanyak 65 ribu peserta ini berasal dari 350 lebih siswa SD-SMP serta sanggar tari.

"Kegiatan ini diharapkan dapat menanamkan nilai-nilai seni dan budaya kepada para pelajar Surabaya. Ini juga menjadi salah satu upaya sebagai pembentukan karakter anak-anak," ujarnya, Jumat (16/12/2022).

Yusuf menjelaskan, selain dipusatkan di Jembatan Suroboyo, kegiatan Tari Remo Massal yang digelar serentak mulai pukul 07.00 WIB ini lokasinya juga terbagi di sejumlah tempat bersejarah. Di antaranya, Jembatan Merah, Tugu Pahlawan, Jalan Tunjungan, Jembatan Sawunggaling, Halaman Balai Kota, Alun-Alun Balai Pemuda Surabaya, Taman Bungkul, Taman Apsari, Taman 10 Nopember, dan halaman SD-SMP se Kota Surabaya.

"Kita tanamkan anak-anak ini nilai-nilai sejarahnya. Misalnya di Jembatan Merah, Jembatan Sawunggaling yang sejarahnya tinggi. Harapannya, anak-anak ini juga bisa menghargai nilai-nilai tempat bersejarah," terangnya.

Sebelumnya Dispendik telah memberikan surat edaran kepada seluruh SD-SMP di Surabaya. Surat edaran itu berkaitan dengan teknis pelaksanaan Tari Remo Massal pada Minggu, 18 Desember 2022. Pada intinya kegiatan ini tidak bersifat wajib diikuti oleh seluruh pelajar Surabaya.

"Sementara bagi peserta tari, dapat menggunakan celana hitam dan atas putih. Dan untuk pelajar bisa menggunakan pakaian olah raga sekolah masing-masing," jelasnya.

2 dari 2 halaman

Tidak Wajib Kostum Remo

Tak hanya itu, Yusuf juga menyebutkan, bahwa para peserta dari kalangan pelajar bisa mengganti udeng dengan hasduk merah putih. Termasuk juga selendang yang tidak harus berwarna merah, namun dapat disesuaikan dengan yang dimiliki para penari.

"Harapan kami ada keseragaman, tapi bukan berarti wajib mengenakan kostum remo komplit. Misal gongseng (kerincing kaki) bisa perwakilan, tidak harus semuanya di sekolah itu pakai. Yang penting berseragam dan penari tidak diwajibkan memakai riasan wajah," paparnya.