Liputan6.com, Malang - Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BB TNBTS) membatasi aktivitas wisata Gunung Bromo saat libur Natal dan Tahu Baru. Berupa pembatasan kunjungan bertepatan ritual adat Wulan Kapitu (megeng) masyarakat adat Tengger serta penutupan Kaldera.
Pembatasan kunjungan wisata Gunung Bromo itu saat pembukaan dan penutupan Wulan Kapitu. Yakni pada 23 Desember mulai pukul 18.00 sampai Sabtu 24 Desember 2022 pukul 18.00. Serta pada Sabtu, 21 Januari pukul 18.00 sampai Minggu 22 Januari 2023 pukul 18.00.
Baca Juga
“Pembatasan kunjungan ittu untuk menghormati ritual masyarakat adat Tengger,” kata Sarif Hidayat, Kepala Sub Bagian Data, Evaluasi, Pelaporan dan Kehumasan BB TNBTS, Rabu 21 Desember 2022
Advertisement
Selain itu, otoritas taman nasional juga menutup Kaldera Tengger dari semua aktivitas kendaraan bermotor. Batasannya adalah dari arah Pasuruan sampai, lalu dari arah Malang dan Lumajang sampai Jemplang. Sedangkan dari arah Probolinggo dibatasi sampai Cemorolawang.
“Ketentuan itu dikecualikan bila ada kondisi gawat darurat,” ujar Sarif.
Pengunjung juga dilarang mendaki ke kawah Gunung Bromo. Sebab berdasarkan rekomendasi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), status gunung berapi purba itu masih berada pada level II (Waspada).
Pembelian tiket juga hanya dilayani melalui laman resmi Bromo Tengger Semeru, tidak melayani pembelian tunai. Laman itu juga memuat kuota kunjungan tiap harinya. Bila kuota telah habis, disarankan pengunjung tak nekad pergi wisata Bromo sebab tidak akan diizinkan masuk.
“Semua wisatawan wajib patuh pada semua aturan itu demi keamanan dan kenyamanan bersama,” ucap Sarif.
Ritual Wulan Kapitu
Wulan Kapitu atau bulan ketujuh dalam sistem penanggalan masyarakat Suku Tengger. Bagi masyarakat adat setempat, Wulan Kapitu merupakan bulan yang suci. Mereka akan lelaku puasa putih selama satu bulan penuh.
Masyarakat Tengger akan menahan diri dari semua perilaku keduniawian. Puasa putih, yakni puasa selama satu bulan tidak makan garam, gula termasuk tidak kumpul dengan istri.
Ritual puasa mutih di Wulan Kapitu itu berlaku bagi seluruh masyarakat suku Tengger, mulai para dukun pandita, aparat desa, para pemangku dan masyarakat. Bulan suci itu jadi momen masyarakat setempat untuk lebih mendekatkan diri pada sang maha kuasa.
Advertisement