Sukses

Deretan Gardu ANIEM Peninggalan Masa Kolonial Belanda di Malang

Bangunan gardu ANIEM bagian dari sejarah kelistrikan Indonesia dan jejak perkembangan Kota Malang sejak masa kolonial Belanda

Liputan6.com, Malang - Heritage atau warisan kebudayaan masa kolonial selalu menarik ditelusuri. Ada romantisme masa lalu, jejak sejarah perkembangan kota, sering pula jadi landmark. Begitu pula peninggalan masa kolonial Belanda di Malang.

Warisan masa kolonial di Malang yang masih bisa dilihat berupa bangunan, struktur sampai konsep perencanaan tata kota. Peninggalan masa lalu itu mewakili estetika, langgam arsitektur yang berkembang pada masa itu hingga kisah di balik pembangunannya.

Salah satu bangunan peninggalan era kolonial itu berupa gardu listrik. Dibangun oleh perusahaan listrik swasta Belanda bernama Algemeene Nederlandsche Indische Electriciteit Maatschappij (ANIEM) yang berdiri di Surabaya pada 1909.

ANIEM diberi hak membangun beberapa pembangkit tenaga listrik berikut sistem distribusinya di berbagai daerah. Guna mendukung itu, perusahaan listrik swasta terbesar pada masa Hindia Belanda kemudian dibangun gardu-gardu listrik, termasuk di Kota Malang.

Di Malang, perusahaan itu mendirikan kantor di Jalan Basuki Rahmat (sekarang kantor PLN Area Malang). Setelah penetapan gemeente atau Kotamadya pada 1914, jaringan listrik turut diperkuat. Gardu listrik dibangun seturut bouwplan atau tahapan perluasan Kota Malang 1914-1940.

Gardu listrik ini layaknya rumah trafo. Berfungsi sebagai pengatur dan pembagi daya listrik yang dialirkan ke rumah, gedung perkantoran maupun fasilitas lainnya. Umumnya bangunannya berdinding tebal untuk melindungi komponen di dalamnya dari panas dan hujan.

Corak bangunannya mewakili langgam arsitektur yang berkembang pada masa itu. Dipasang tulisan dalam bahasa Belanda, Melayu dan Jawa berisi peringatan bahayanya. Termasuk tulisan ANIEM sebagai pemiliknya. Lidah orang Jawa kemudian fasih menyebutnya gardu ANIEM.

2 dari 3 halaman

Gardu ANIEM Kota Malang

Gardu ANIEM merupakan bagian dari sejarah kelistrikan sejak masa Hindia Belanda. Di Kota Malang diperkirakan ada belasan gardu listrik peninggalan Belanda. Gardu itu bagian dari sejarah perkembangan kota ini.

Terdapat beberapa ukuran bangunan gardu ANIEM di Kota Malang, umumnya memiliki gaya bangunan mirip. Diperkirakan dipengaruhi aliran Nieuwe Bouwen, gaya arsitektur yang berkembang pesat di Malang masa itu.

Salah satu ciri khas bangunannya adalah beratap datar dengan volume bangunan berbentuk kubus. Sebagian besar kondisi gardu masih seperti aslinya. Semuanya merupakan aset dari Perusahaan Listrik Negara (PLN).

Banyak yang sudah dipasang papan nama PLN, namun ada pula yang belum. Banyak yang masih terawat, tapi tak sedikit pula terabaikan. Tak sedikit pula yang dimanfaatkan untuk tempat usaha seperti makanan maupun pakaian.

Meski begitu, baru satu gardu yang telah ditetapkan sebagai cagar budaya Kota Malang. Inilah gardu–gardu ANIEM peninggalan Belanda di Kota Malang.

3 dari 3 halaman

7 Gardu ANIEM Tersisa

Gardu ANIEM Ijen Boulevard

Posisinya tepat di tengah Ijen Boulevard, di antara Museum Brawijaya dan Perpustakaan Kota Malang. Dahulu, gardu setinggi sekitar 6 meter ini menyuplai kebutuhan listrik permukiman elit Belanda di kawasan Jalan Besar Ijen atau Ijen Boulevard.

Dahulu, bangunan ini jadi salah satu lokasi favorit masyarakat untuk berfoto saat gelaran Festival Malang Tempo Doeloe. Ini satu-satunya gardu ANIEM yang sudah ditetapkan sebagai cagar budaya kota malang melalui Surat Keputusan Wali Kota Malang.

Gardu ANIEM Jalan Tenes

Bangunan terletak di dekat area parkir luar Stadion Gajayana (Jalan Tenes). Ukurannya lumayan besar terbesar bila dibanding gardu lainnya. Pelatarannya sempat dipakai warung makan rawon dan baru satu bulan lalu dicat ulang sehingga tampak lebih bersih.

Tepat di sebelah gardu ini terdapat bekas menara sirine atau juga biasa disebut gardu seruling (garling). Dahulu berfungsi membunyikan sirine bila ada marabahaya seperti serangan musuh dari udara atau penanda jadwal waktu tertentu.

 

 

<p>Gardu ANIEM peninggalan masa kolonial Belanda di Jalan Basuki Rahmat Kota Malang. Salah satu penanda kesibukan kawasan Kayutangan masa lalu ini telah sedikit berubah bangunannya dan peruntukkannya (Liputan6.com/Zainul Arifin)</p>

Gardu ANIEM Basuki Rahmat

Persis di tepi jalan raya, di samping Gang 4 Jalan Basuki Rahmat. Salah satu penanda sibuknya kawasan Kayutangan masa itu. Ukuran bangunannya lumayan besar, tapi bagian pintu depan telah berubah. Dindingnya dicat warna merah mencolok dan sekarang jadi tempat bisnis pakaian.

Gardu ANIEM Jalan Kahuripan

Posisinya berada di Jalan Kahuripan, tepat samping pintu belakang Bank BCA Malang. Ukuran bangunan gardu tak terlalu besar. Bentuk atapnya juga datar, mirip dengan bangunan gardu-gardu lainnya. Sayang dindingnya jadi sasaran vandalisme dan sekarang jadi tempat pedagang makanan.

Gardu ANIEM Sukun

Salah satu yang bisa dilihat di kawasan Sukun. Berdiri gagah di depan tepi Jalan S Supriyadi depan Gang Betet. Gardu ini juga tak difungsikan lagi, saying dindingnya jadi sasaran vandalisme. Kini saban hari ditempati pedagang makanan.

Gardu ANIEM IR Rais

Bangunannya tinggi menjulang, tegak berdiri di pekarangan rumah warga. Kondisinya sangat baik masih seperti aslinya namun warna catnya telah memudar. Bila dicat dengan warna serupa aslinya pasti sangat indah.

Gardu ANIEM IKIBP Budi Utomo

Berada di tepi pagar dalam area lapangan IKIP Budi Utomo di Jalan Simpang Arjuno. Tidak banyak yang tahu bangunan kokoh ini dahulunya adalah sebuah gardu listrik. Kondisi bangunannya masih cukup baik seperti aslinya dengan warna cenderung putih mulai memudar.

Â