Sukses

Pedagang Lampion Imlek di Malang Panen Cuan Berlipat, Ekspor hingga Italia

Ahmad menjelaskan, kondisi bisnis penjualan lampion saat ini sudah mulai membaik dibandingkan pada saat terjadi pandemi penyakit akibat penyebaran virus Corona selama kurang lebih dua tahun lalu.

Liputan6.com, Malang - Produsen lampion dari Kota Malang Ahmad Syamsuddin mengatakan, permintaan lampion untuk perayaan Tahun Baru Imlek tahun ini melonjak. Sejak dua bulan terakhir pihaknya harus kerja keras untuk memenuhi permintaan konsumen. Bahkan ada juga permintaan dari Italia.

"Pesanan mulai mengalami kenaikan kurang lebih dua bulan lalu. Pemesanan dari wilayah Malang, Jakarta sampai ada yang dikirimkan ke luar negeri," kaya Ahmad di Kota Malang, belum lama ini.

Ahmad menjelaskan, kondisi bisnis penjualan lampion saat ini sudah mulai membaik dibandingkan pada saat terjadi pandemi penyakit akibat penyebaran virus Corona selama kurang lebih dua tahun lalu.

Selama dua tahun terjadi pandemi COVID-19, lanjutnya, usaha yang digelutinya tersebut tidak ada pesanan sama sekali. Hal tersebut dikarenakan tidak ada perayaan Tahun Baru Imlek yang saat itu berpotensi menyebarkan virus Corona.

"Pada saat pandemi COVID-19, itu sampai tidak ada pesanan. Ini baru pertama kali lagi ada pesanan setelah COVID-19. Dua tahun itu tidak ada pesanan sama sekali," ujarnya.

Ia mengaku mendapat pesanan lampion sebanyak 6.000 unit lampion, bahkan sebagian pesanan itu akan dikirim ke Italia. Menurutnya jumlah itu lebih banyak dari tahun sebelumnya.

"Untuk sekarang pesanan kurang lebih 6.000 buah. Untuk yang ke Italia itu harga satuannya Rp90 ribu. Pesanan ada sebanyak 2.000 unit," katanya.

Produksi lampion di Jalan Juanda Gang 5, Kota Malang tersebut dijual dengan harga Rp25 ribu hingga Rp5 juta per buah, tergantung jenis dan bentuknya. Untuk lampion dengan harga termurah biasanya punya bentuk yang sederhana.

"Untuk yang seharga Rp5 juta, itu biasanya berbentuk karakter. Saat ini shio kelinci, dengan tinggi 2,7 meter, dikirim ke Jakarta," katanya.

 

2 dari 2 halaman

17 Pekerja

Untuk memproduksi ribuan pesanan lampion tersebut, Ahmad mempekerjakan sebanyak 17 orang yang merupakan tetangga sekitar. Para pekerja tersebut secara terampil menempel kain khusus untuk dijadikan lampion pesanan para konsumen.

Ia berharap, dengan pemerintah mencabut kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) bisa mendorong peningkatan permintaan lampion hasil produksinya di kemudian hari, agar usahanya bisa pulih seperti sedia kala.

Pada saat sebelum terjadi pandemi COVID-19, permintaan lampion jelang perayaan Tahun Baru Imlek mencapai puluhan ribu buah. Ia berharap, ke depan usaha pembuatan lampion tersebut bisa kembali berkembang dan mendapatkan pesanan yang banyak.

"Harapan kami, dengan dicabutnya PPKM ini kami bisa mendapatkan pesanan lagi supaya normal seperti dulu," tuturnya.