Sukses

Kasatpol PP Situbondo: Perlu Kolaborasi Semua Pihak Tutup Lokalisasi

Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Situbondo, Buchari mengatakan untuk menyelesaikan praktik prostitusi di bekas lokalisasi di wilayahnya perlu kerja sama semua pihak.

Liputan6.com, Situbondo - Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Situbondo, Buchari mengatakan untuk menyelesaikan praktik prostitusi di bekas lokalisasi di wilayahnya perlu kerja sama semua pihak karena permasalahan pelacuran sangat kompleks.

“Perlu kolaborasi semua pihak menanggulangi prostitusi. Karena hal ini bukan hanya menertibkan tapi bagaimana juga melakukan rehabilitasi pekerja seks komersial (PSK),” ujar Buchari di Situbondo, Kamis (19/1/2023).

Kata dia, kerja sama banyak pihak untuk menghentikan praktik pelacuran di bekas lokalisasi, selain dengan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait seperti Dinas Sosial dan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi juga dengan para tokoh agama dan masyarakat setempat.

Dua bekas lokalisasi yang ditengarai masih beroperasi transaksi PSK dan pria hidung belang, yakni di lokalisasi gunung sampan Desa Kotakan, Kecamatan Situbondo dan Badengan Desa Klieansari (Kecamatan Panarukan) serta transaksi di beberapa titik jalur pantura atau yang biasa disebut warung remang-remang.

Kata Buchari, Satpol PP sebagai penegak Peraturan Daerah Nomor 27 Tahun 2004 tentang Larangan Prostitusi, sudah melaksanakan tugasnya dengan melakukan penertiban di bekas lokalisasi maupun warung remang-remang.

Namun demikian kata dia, penertiban maupun razia yang dilakukan di bekas lokalisasi kurang efektif dan bahkan mereka (para PSK) Kembali ke tempat bekas lokalisasi setelah beberapa waktu kemudian usia terjaring razia

“Ini tidak hanya soal penertiban di bekas lokalisasi, tapi juga bagaimana merehabilitasi pekerja seks komersial. Jadi, penertiban tidak akan menyelesaikan masalah, karena setelah kami melakukan penertiban mereka kembali lagi,” ucapnya.

2 dari 2 halaman

Bekal Keterampilan

Selain melakukan penertiban maupun dilakukan penutupan, lanjut Buchari, para pekerja seks komersial itu perlu dibekali keterampilan dan menyediakan lowongan kerja, sehingga mereka tidak kembali lagi ke tempat pelacuran.

“Mucikari juga perlu diberikan pembinaan, termasuk pria hidung belang yang datang juga harus mendapatkan ganjaran, sehingga menimbulkan efek jera. Karena transaksi prostitusi tidak hanya ada PSK, tapi mucikari dan pria hidung belang menjadi penyebab eksistensi pelacuran,” paparnya.

Cuchari menambahkan, selama ini Satpol PP kerap memberikan pembinaan kepada para PSK melalui kegiatan-kegiatan keagamaan, dengan harapan mereka mendapatkan hidayah dan memilih pekerjaan yang lebih terhormat

“Dalam kegiatan itu, kami juga menawarkan pekerjaan yang layak dan terhormat. Salah satunya bekerja di pabrik rokok serta di PT PMMP yang bergerak di bidang industri. Kami sudah bekerja sama dengan beberapa perushaan untuk menampung mereka,” pungkasnya.