Liputan6.com, Banyuwangi - Kabupaten Banyuwangi merupakan kabupaten yang paling luas di Jawa Timur. Dengan vegetasinya yang masi asri nan luas, menjadikan kabupaten ujung Timur Pulau Jawa ini, memiliki segudang potensi yang bisa dimanfaatkan lebih banyak.
Baca Juga
Salah satunya budidaya lebah penghasil madu. Seperti di Desa Wongsorejo, Kecamatan Wongsorejo Banyuwangi ini, masyarakat, banyak yang melakukan budidaya lebah penghasil madu. Jenis lebah yang dibudidaya yaitu lebah madu unggul jenis Apis Mellifera. Lebah jenis ini terbukti bisa menghasilkan madu berton-ton madu setiap musim panen raya madu.
Advertisement
Founder Komunitas Beekeepeer’s Banyuwangi, salah satu komunitas budidaya lebah madu di Wongsorejo, Budi Amboyna mengatakan, Banyuwangi Khususnya di Kecamatan Wongsorejo merupakan surganya budidaya lebah madu. Karena di Kecamatan yang terletak di ujung Utara Banyuwangi ini terdapat perkebunan Randu yang luasnya mencapai 1300 hetare sebagai sumber utama penghasil madu.
“Musim bunga Randu sekitar bulan Agustus yang berlangsung selama 40 hari lebih dan bisa menghasilkan 20 Ton madu murni selama musim bunga randu,”ujar Budi Sabtu (25/2/2023)
Kata Budi dalam satu tahun para peternak lebah madu di Wongsorejo bisa menghasilkan madu sebanyak 120 hingga 150 ton dengan 3 kali panen dalam satu bulan ketika musim bungga Randu.
Menurut Budi, dalam satu reet yang isinya sekitar 185 kotak koloni lebah, bisa memanen madu sekitar 1,5 ton madu
Menurut Budi, madu yang dihasilkan dari nektar bunga Randu ini paling banyak disenangi masyarakat, karena unggul dalam aroma rasa, warna, awet dan tidak mengkristal. Namun, rasa dan kekentalan madu murni yang dihasilkan lebah bisa saja berbeda, karena dapat dipengaruhi oleh vegetasi pendukung atau bunga liar yang ada dan juga pengaruh cuaca.
“Untuk tahu madu asli atau tidaknya cukup sulit dibedakan. Solusi terbaik dan bisa memberikan banyak manfaat dari madu adalah beli madu langsung dari pembudidaya lebah madu agar tidak ketipu dengan madu yang palsu atau yang sudah dioplos dengan gula ,”tegas Budi
Budi mengatakan, budidaya lebah madu ini tidak hanya menghasilkan madu saja, melainkan juga menghasilkan Bee Pollen, Royal Jelly, Propolis dan lilin lebah.
“Selain madu, sekali panen kita juga bisa memanen lainya seperto royal jelly, propolis dan beberapa jenis lainya. Karena itu juga banyak khasiatnya," tambahnya.
Banyuwangi Sebagai Kota Madu
Sementara itu, salah seorang pembudidaya lebah madu asal Wongsorejo Zaini mengatakan, jadi pembudidaya labah madu harus benar- benar siap dengan resiko dan kendalanya. Seperti diantaranya cuaca buruk yang mengakibatkan bunga bergururan. Hal itu membuat gagal panen madu.
Selain itu dalam pembudidaya lebah juga terdapat musim paceklik atau tidak musim bunga, yang berlangsung selama 6 bulan. Dengan 220 kotak lebah, Zaini bisa menghabiskan 12 Ton gula untuk 6 bulan, sebagai pengganti nektar lebah dari bunga.
“Biasanya saya memberikan makan dua hari sekali supaya mencegah ratu lebah kabur bila tidak diberi makan,” ucapnya.
Di Banyuwangi, terdapat beberapa musim bunga, diantaranya bunga Randu, Vernonia, Mangga, Karet, Kopi hingga Kesambi, yang menghasilkan varitas rasa madu yang berbeda- beda dngan musim mekar yang berurutan mulai Agustus hingga Desember.
Meskipun Banyuwangi menjadi salah satu kota penghasil madu terbesar di Jawa Timur, sayangnya, Banyuwangi tidak memiliki branding atas penghasil madunya.
Untuk itu, Budi Amboyna bersama peternak lebah, saat ini berupaya mencoba mengenalkan hasil madu murni Banyuwangi serta potensi wisata edukasi budidaya lebah madu kepada masyarakat luas dengan menggandeng instansi terkait.
“Saat ini kita mulai membranding Banyuwangi adalah kota madu. Ini bisa menjadi ajang meningkatkan kesejahteraan pembudidaya madu di Banyuwangi,” pungkasnya.
Advertisement