Sukses

Penyakit Kencing Tikus Intai Warga Jatim, Total Ditemukan 249 Kasus

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jatim Erwin Astha Triyono mengimbau masyarakat untuk meningkatkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) saat musim hujan, khususnya bagi masyarakat yang tinggal di daerah rawan banjir.

Liputan6.com, Surabaya - Leptospirosis atau penyakit bakteri menyebar melalui air seni tikus menyerang warga Jawa Timur. Tercatat, sudah ada 204 kasus dengan jumlah kematian 6 orang di Pacitan yang diakibatkan penyakit ini. Sedangkan total di Jatim, ada 249 kasus yang terjadi.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jatim Erwin Astha Triyono mengimbau masyarakat untuk meningkatkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) saat musim hujan, khususnya bagi masyarakat yang tinggal di daerah rawan banjir. 

"Kami instruksikan kepada Kepala Dinas Kesehatan kabupaten/ kota untuk meningkatkan Sistem Kewaspadaan Dini dengan pelaporan melalui SKDR yang sudah diverifikasi serta melakukan koordinasi/ jejaring dengan lintas program dan lintas sektor terkait dalam penanganan leptospirosis," ujarnya, Selasa (7/3/2023).

Warga Jatim diimbau waspada jika merasakan gejala, antara lain seperti demam (>38°C), nyeri kepala, nyeri otot, malaise (lelah), serta mata tampak merah atau kekuning-kuningan.

Dinkes Jatim juga telah menyiapkan ketersediaan RDT leptospirosis di masing-masing kabupaten/ kota untuk mempermudah diagnosis serta mensosialisasikan tatalaksana pengobatan leptospirosis.

“Kejadian leptospirosis tidak hanya berkaitan dengan banjir saja, namun juga terkait dengan air yang terkontaminasi urin hewan pembawa bakteri leptospira, seperti tikus, sapi, babi yang ada di sekitar lingkungan manusia," ucapnya.

"Tak hanya itu, penularan Leptospirosis bisa terjadi melalui kontak erat dengan binatang ternak yang terinfeksi dan terjadi pada pekerjaan yang berpotensi kontak dengan sumber infeksi," imbuh Erwin.

 

2 dari 2 halaman

Di sejumlah Daerah di Jatim

Diketahui, penyebaran penyakit kencing tikus selain di Pacitan juga terdapat di Kabupaten Probolinggo sejumlah tiga kasus dengan jumlah kematian dua orang.

Kabupaten Gresik sejumlah tiga kasus, Lumajang sejumlah delapan kasus, Kota Probolinggo sejumlah lima kasus dengan jumlah kematian satu orang, Kabupaten Sampang sejumlah 22 kasus dan Kabupaten Tulungagung sejumlah empat kasus.