Â
Liputan6.com, Banyuwangi - Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Banyuwangi Suratno membenarkan banyak kasus anak putus sekolah di daerahnya. Kasus putus sekolah itu terjadi merata mulai jenjang sekolah dasar hingga sekolah menengah atas SMA.
"Dari seluruh jenjang dan jenis satuan pendidikan. Mulai SD, SMP, SMA/SMK, MI, MTs, MA, Pondok Pesantren, dan Pendidikan masyarakat," ujar Suratno, Rabu (29/3/2023).
Advertisement
Untuk menekan angka itu Suratno mengaku masih akan mengandalkan program-program yang ada, seperti program Akselerasi Sekolah Masyarakat (Aksara).
"Kita masih berupaya terus mengentas anak putus sekolah," bebernya.
Sebelumnya, Komisi IV DPRD Banyuwangi, menyoroti maraknya kasus siswa putus sekolah di Banyuwangi. Sepanjang 2022 ada 4.834 siswa yang putus sekolah.
Sekretaris Komisi IV DPRD Banyuwangi Khusnan Abadi menyebut peristiwa ini menjadi ironi di tengah maraknya penghargaan yang diterima Pemkab Banyuwangi.
Dia heran, sebab anggaran untuk mengelola program pendidikan cukup tinggi. Namun kurang mendapatkan hasil maksimal. Seperti program Siswa Asuh Sebaya (SAS). Program ini dirintis sejak era Bupati Abdullah Azwar Anas. Dan sudah dikembangkan menjadi lima sub.
Tak hanya itu, dalam penanggulangan siswa putus sekolah, juga ada program Gerakan Daerah Angkat Anak Muda Putus Sekolah (Garda Ampuh).
"Upayanya sudah seperti itu bahkan sampai mendapat penghargaan. Anehnya fakta di lapangan angka putus sekolah sangat tinggi," kata Khusnan.
Kecamatan Muncar Tertinggi
Dalam catatannya, Kecamatan Muncar merupakan angka tertinggi kasus anak putus sekolah di Banyuwangi. Yakni mencapai 459 siswa.
Disusul peringkat dua dari Kecamatan Genteng yang mencapai 408 siswa, Kecamatan Wongsorejo 372 siswa dan Kecamatan Kalibaru 263 siswa.
"Apa yang terjadi saat ini, perlu menjadi evaluasi besar-besaran oleh eksekutif," pungkasnya.
Â
Advertisement