Liputan6.com, Jakarta - Serikat Nelayan Nahdlatul Ulama (SNNU) menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dengan Gerakan Ingat Selamat Layar Indonesia (GISLI), untuk mendirikan Indonesia Fisherman Crisis Center (IFCC) atau Pusat Krisis Nelayan Indonesia 6 April lalu.
Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Nelayan Nusantara juga turut serta dalam penandatanganan MoU itu.
Perwakilan GISLI Mudji Waluyo mengatakan IFCC bertujuan memperkuat ketahanan warga nelayan dan masyarakat pesisir terhadap masalah-masalah kelautan.
Advertisement
”MoU ini tentu sangat menguntungkan warga nelayan dan masyarakat pesisir,” kata Mudji, Kamis (13/4/2023).
Dalam MoU itu yang ditandatangani tersebut, GISLI dan SNNU sepakat untuk bekerja sama meningkatkan kebijakan, peraturan dan program yang berkaitan dengan hak-hak ekonomi, sosial dan budaya warga nelayan dan masyarakat pesisir. Termasuk rencana pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan dan melindungi hak-hak mereka secara hukum.
Kerja sama ini akan menciptakan peluang bagi SNNU dan GISLI dalam mengembangkan program yang berbasis pendekatan komunitas. IFCC juga bisa memfasilitasi partisipasi warga lokal dalam pengelolaan SDA.
Program pusat krisis nelayan Indonesia ini akan mendukung warga nelayan dan masyarakat pesisir dalam meningkatkan produksi perikanan yang berkelanjutan, peningkatan partisipasi mereka dalam pasar internasional, serta penanganan dampak perubahan iklim yang tengah dihadapi.
Bendahara Umum SNNU Jadug Trimulyo berharap IFCC dapat menjadi titik tolak bagi berbagai inisiatif dan proyek penting lainnya yang mengoptimalkan potensi warga nelayan dan masyarakat pesisir di Indonesia.
”Tentunya kami berharap kerja sama ini dapat meningkatkan kesejahteraan nelayan dan masyarakat pesisir,” ujarnya.