Sukses

Beji Antaboga, Tempat Sakral di Banyuwangi yang Jadi Lokasi Favorit Politisi dan Pejabat untuk Ritual

Kabupaten Banyuwangi memiliki wisata religi. Namanya Beji Antaboga, atau ada juga yang menyebut Anantaboga. Lokasinya berada di rerimbunan hutan pinus di Dusun Gunung Sari, Desa Sumbergondo, Kecamatan Glenmore, Banyuwangi.

Liputan6.com, Banyuwangi - Kabupaten Banyuwangi memiliki wisata religi Beji Antaboga, atau Anantaboga. Lokasinya berada di rerimbunan hutan pinus di Dusun Gunung Sari, Desa Sumbergondo, Kecamatan Glenmore, Banyuwangi.

Sebab disebut wisata religi bukan tanpa alasan. Di lokasi seluas kurang lebih 3 hektare ini berdiri bangunan peribadatan dan simbol 6 agama yang ada di Indonesia.

Mulai dari Musala, Pura, patung Budha, patung Yesus dan Maria, Dewi Kwan Im hingga patung Ratu Pantai Selatan. Semua berdampingan rapi menjadi gambaran toleransi dan kerukunan.  

Tempat ini tak pernah sepi pengunjung. Mereka yang datang membawa niat yang beragam. Ada yang beribadah atau sekadar menenangkan diri menikmati sejuknya hawa hutan dan mendengar aliran mata air yang tak berhenti gemericik.

Tak jarang politisi dari beberapa penjuru Nusantara juga datang ke Antaboga. Tak terkecuali, politisi lokal Banyuwangi.

Mereka datang untuk melakukan ritual. Entah apa tujuannya. Tetapi menurut pemangku Antaboga biasanya politisi ini kerap datang sebelum proses pemilihan.

Pemangku Antaboga, Gimin (70) mengatakan politisi yang datang berasal dari sejumlah wilayah di Indonesia. Mulai dari wilayah timur hingga barat pernah singgah di Antaboga.

Politisi yang datang adalah mereka yang hendak bersaing mendapatkan kursi dewan. Beberapa juga ada calon kepala desa.

"Ada yang dari Maluku bahkan dari Pulau Sumatra mereka datang ke Antaboga. Dari Bali itu ga bisa dihitung. Dari Banyuwangi apalagi, jelas banyak," ujar Gimin. 

Menurut Gimin, politisi yang datang biasanya tidak sendiri. Mereka didampingi oleh guru spiritual masing-masing. Tak jarang mereka juga sampai bermalam di Antaboga.

"Ada yang sendiri, kalau sendiri biasanya minta pendampingan dari pemangku," ujarnya.

Terkait tujuannya, Gimin mengaku mereka melakukan ritual berharap proses politik diberi kelancaran dan menang.

"Ada banyak yang datang ke Antaboga dan saat ini duduk jadi pejabat," tegasnya.

Beji Antaboga memang bukan tempat wisata biasa. Tempat ini memang sakral. Antaboga dulunya hanya hutan dengan dianugerahi mata air yang melimpah. Sedari dulu tempat ini kerap dijadikan sembahyang oleh umat Hindu dari Bali.

2 dari 2 halaman

Dipercaya Petilasan Resi Markandeya

Antaboga dipercaya sebagai petilasan Resi Markandeya, penyebar agama Hindu di Bali. Sebab, menurut Gimin, ada candi Gumuk Payung di Desa Jambewangi Kecamatan Sempu. Menurut dia, umat Hindu meyakini Antaboga sebagai penglukatan.

Anta atau Ananta artinya tidak pernah habis, sementara Boga memiliki arti sumber makanan. Oleh karena itu, menurut Gimin, mata air tak pernah surut di Antaboga.

Ada puluhan mata air di Antaboga. Tetapi ada 3 yang dianggap keramat. Diantaranya sumber Dewi Gangga, sumber Bedawang Nale dan sumber Dewi Uma. 

Kala itu, umat Hindu dari Bali memberikan saran agar Antaboga dijadikan tempat suci. Setelahnya pemangku melakukan semedi.

Keputusannya mufakat, bahwa Antaboga dijadikan tempat suci. Mulanya hanya untuk Hindu. Namun kemudian dibangun  simbol-simbol dan bangunan ibadah bagi agama lainnya.

"Jadi semua umat kalau ke sini gak bingung, mau Salat atau Sembahyang atau doa. Antaboga menjadi simbol Pancasila dan kerukunan umat agama," bebernya. 

Beji Antaboga dapat ditempuh dua jam perjalanan dari pusat Kota Banyuwangi. Lokasinya masuk kawasan pengelolaan KPH Banyuwangi Barat. 

Pengunjung tidak dianjurkan membawa mobil setipa sedan. Sebab, satu kilometer sebelum ke titik Beji Antaboga, pengunjung mesti melintasi jalanan makadam bebatuan milik Perhutani.