Sukses

Festival Kitab Kuning Banyuwangi, Upaya Kenalkan Warisan Ilmu Ulama Nusantara ke Generasi Muda

Festival Kitab Kuning Banyuwangi mengangkat khazanah kitab kuning Kiai Saleh Lateng resmi dibuka. Acara berbentuk pameran dan serangkaian acara lainnya itu, menonjolkan koleksi Kiai Saleh dalam merekonstruksi sejarah literasi Islam di Asia Tenggara.

Liputan6.com, Banyuwangi - Festival Kitab Kuning Banyuwangi mengangkat khazanah kitab kuning Kiai Saleh Lateng resmi dibuka. Acara berbentuk pameran dan serangkaian kegiatan lainnya itu, menonjolkan koleksi Kiai Saleh dalam merekonstruksi sejarah literasi Islam di Asia Tenggara.

Peneliti Islam Nusantara sekaligus dosen di Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) Jakarta Ginanjar Sya’ban menyatakan, a da banyak koleksi dari Kiai Saleh yang memiliki signifikansi luar biasa dalam membaca sejarah literasi keislaman.

"Tidak hanya dalam tingkat lokal, tapi di Asia Tenggara,” ujarnya, Selasa (13/6/2023).

Ginanjar mencontohkan di antaranya adalah dengan ditemukannya manuskrip KHR Asnawi Kudus yang membantah fatwa seorang mufti Mekkah, Sayyid Abdullah bin Sayyid Shalih Zawawi al-Makki.

“Manuskrip ini satu-satunya ditemukan di koleksi Kiai Saleh,” tegasnya.

Selain itu, ada banyak pula deretan kitab karya ulama Nusantara lainnya yang ditemukan di Kiai Saleh. Kitab-kitab tersebut rerata sudah langka dan tak tercetak lagi.

“Berkat dibukanya koleksi Kiai Saleh ini, bisa menjadikan Banyuwangi sebagai salah satu jujukan penelitian Islam Nusantara,” imbuhnya.

Selain kitab-kitab ulama Nusantara yang terbit pada paruh pertama abad 20 (1900-1930-an), juga ada sejumlah manuskrip kuno. Di antaranya Al-Quran yg ditulis di Banyuwangi pada 1866, Maulid Nabi, Manaqib Syekh Abdul Qadir, karya Syekh Nuruddin Ar-Raniri dan karya-karya lainnya yang rerata dibuat pada abad 19.

Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani berharap Festival Kitab Kuning ini menjadi bagian dari transfer pengetahuansekaligus menginspirasi anak-anak muda Banyuwangi lebih getol belajar kitab kuning.

"Festival kitab kuning adalah upaya untuk lebih menggaungkan belajar kitab kuning kepada generasi muda khususnya, sehingga warisan keilmuan ulama nusantara dapat terus hidup dan berkembang di tengah-tengah mereka," katanya.

Ipuk juga mendorong preservasi dan digitalisasi dari koleksi Kiai Saleh tersebut. Sehingga dapat diakses dan dipelajari secara luas. “Kami akan bekerjasama dengan Perpusnas ataupun ANRI untuk membantu melakukan preservasi ataupun pengelolaan lebih lanjut,” ungkapnya.

Seperti diketahui, Kiai Saleh adalah pendiri Nahdatul Ulama (NU) Banyuwangi dan Pahlawan Kabupaten Banyuwangi. Beliau memiliki nama kecil Kiagus Muhammad Saleh.

Di Nahdlatul Ulama, Kiai Saleh terhitung sebagai ulama yang diperhitungkan. la duduk sebagai Mustasyar pada susunan kepengurusan NU hasil muktamarnya yang ketiga (1928). Dalam berbagai kesempatan muktamar, Kiai Saleh juga kerap diminta memberikan tausiyah bersama dengan Hadratussyekh KH. Hasyim Asyari.

 

2 dari 2 halaman

Kiai Saleh Sosok Penting Pendirian GP Ansor

Kiai Saleh juga menjadi sosok penting dalam pendirian Gerakan Pemuda (GP) Ansor. Pada Rapat Syuriyah yang digelar di Pesantren Lateng, tepat 24 April, ANO dinyatakan resmi sebagai bagian dari Nahdlatul Ulama. Peristiwa inilah yang kemudian dijadikan momentum penanda lahirnya Gerakan Pemuda Ansor, salah satu badan otonom NU dan organisasi kepemudaan terbesar di Republik Indonesia.

Ketua Takmir Masjid Kiai Saleh, Rahmad Zainuddin, menyampaikan rasa terima kasih kepada pemkab atas dukungan yang diberikan dalam merestorasi karya kitab-kitab ulama nusantara yang menjadi koleksi Kiai Saleh. 

"Ini merupakan sebuah kehormatan bagi kami dan menjadi modal penting dalam menjaga keberlanjutan warisan keilmuan Kiai Saleh," ujar cicit Kiai Saleh itu.