Liputan6.com, Surabaya - Kepala Rumah Sakit Pusdik Bhayangkara Porong Sidoarjo AKBP Eko Yunianto mengungkapkan, potongan jasad korban mutilasi yang ditemukan di Sidoarjo dan Surabaya, memiliki kemiripan. Hal tersebut berdasarkan hasil identifikasi sementara.
“Potongannya kalau kami lihat adalah setelah kami lakukan rekonstruksi terhadap potongan tubuh yang pertama dengan potongan tubuh kedua ini ada kemiripan,” ujar AKBP Eko, Selasa (13/6/2023).
Baca Juga
Namun, lanjut AKBP Eko, pihaknya masih membutuhkan hasil pemeriksaan forensik dan DNA lanjutan, untuk memastikan potongan-potongan tubuh itu berasal dari individu yang sama atau tidak.
Advertisement
“Tapi tentunya, kami masih melakukan pemeriksaan mendalam secara forensik dan uji DNA apakah itu satu individu atau beda individu,” ucapnya.
AKBP Eko menyebut, potongan tubuh yang ditemukan di Sidoarjo ialah bagian kepala hingga badan, tanpa sepasang tangan dan kaki.
Sedangkan, yang didapati di Surabaya ialah potongan jasad manusia bagian pinggul, sepasang tungkai kaki, alat kelamin laki-laki, hingga hingga tumit. Tanpa telapak kaki.
“Dari pinggul sampai tumit mata kaki. Ya jadi ini potongannya ini tanpa telapak kaki, kanan dan kiri,” ujar AKBP Eko.
“Tungkainya atas bawah ada namun telapak kaki kanan kiri tidak ada. Dipotong, ada mutilasi di situ,” tambah AKBP Eko.
Meski demikian, kata AKBP Eko, tak ada tanda kekerasan pada bagian tubuh bagian bawah yang ditemukan di Surabaya ini.
Berbeda dengan potongan tubuh atas yang sebelumnya ditemukan di Sidoarjo. Di mana ada tanda bekas kekerasan di bagian leher dan kepala.
Ditemukan di Selokan Trosobo Sidoarjo
AKBP Eko sebelumnya mengungkapkan, pemotongan korban mutilasi yang ditemukan di selokan Trosobo, Sidoarjo, diduga dilakukan setelah korban tewas dibunuh.
Sebab, lanjut AKBP Eko, dalam pemeriksaan potongan jasad yang tidak utuh tersebut cukup rapi dan dilakukan oleh orang yang sudah ahli.
"Pemotongan bisa dilakukan dengan senjata tajam kecil. Dilakukan oleh orang yang bisa dikatakan ahli. Karena memotong pas di persendian," ujarnya, Selasa (13/6/2023).
Selain itu, kata AKBP Eko, jasad korban mutilasi tersebut dipotong tepat pada persendian bagian pinggul.
"Ada tanda kekerasan di kepala dan leher, tidak mematikan. Sementara dugaan kematian karena kekerasan di bagian leher. Waktu kematian tiga sampai lima hari sebelum penemuan," ucapnya.
AKBP Eko juga merinci, hasil pemeriksaan gigi, korban berjenis kelamin laki-laki, berusia antara 25 sampai 40 tahun dan kulitnya sawo mateng.
"Korban memiliki ciri-ciri badan gempal, muka oval dan hidungnya tidak terlalu mancung," ujarnya.
AKBP Eko menegaskan, bila ada masyarakat yang merasa kehilangan anggota keluarganya, bisa datang ke Polresta Sidoarjo.
"Jika ada masyarakat yang melapor nanti akan kita lakukan pemeriksaan dan mencocokan dengan DNA jasad korban," ucap Eko.
Advertisement