Sukses

321 Dusun di Pamekasan Diperkirakan Bakal Kekeringan di Musim Kemarau 2023

Plt Kalaksa BPBD Pemkab Pamekasan Yusuf Wibiseno menjelaskan, di Pamekasan ada dua jenis kekeringan, yakni kering kritis dan kering langka.

Liputan6.com, Pamekasan - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur mulai memetakan daerah rawan kekeringan yang biasa terjadi saat kemarau seperti sekarang ini.

Menurut Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Pemkab Pamekasan Yusuf Wibiseno pemetaan daerah rawan kekeringan dilakukan untuk memudahkan pendistribusian bantuan air bersih kepada warga terdampak.

"Kami juga telah berkoordinasi dengan instansi terkait mengenai persiapan pendistribusian bantuan, seperti PDAM dan Dinas Sosial Pemkab Pamekasan," katanya di Pamekasan, dilansir dari Antara, Selasa (13/6/2023).

Ia memperkirakan jumlah daerah rawan kekeringan dan kekurangan air bersih di Kabupaten Pamekasan pada kemarau kali ini tidak jauh berbeda dengan tahun lalu, yakni tersebar di 321 dusun dan 72 desa di sembilan kecamatan.

"Tapi data ini masih data sementara, mengacu kepada data kekeringan tahun lalu. Bisa saja berkurang atau bisa saja bertambah, karena pendataan oleh tim lapangan dan laporan dari desa masih masuk semua," katanya.

Secara umum, kata dia, kekeringan yang terjadi di Pamekasan dan Pulau Madura pada umumnya karena kemarau yang lama atau curah hujan di bawah normal.

Plt Kalaksa BPBD Pemkab Pamekasan Yusuf Wibiseno menjelaskan, di Pamekasan ada dua jenis kekeringan, yakni kering kritis dan kering langka.

Kekeringan kritis terjadi karena pemenuhan air di dusun mencapai 10 liter lebih per orang per hari. Jarak yang ditempuh masyarakat untuk mendapatkan ketersediaan air bersih sejauh 3 kilometer bahkan lebih.

 

2 dari 2 halaman

Kekeringan Kritis

Sementara yang dimaksud dengan kering langka, kebutuhan air di dusun itu di bawah 10 liter saja per orang, per hari. Jarak tempuh dari rumah warga ke sumber mata air terdekat, sekitar 0,5 kilometer hingga 3 kilometer.

"Berdasarkan data sementara kami, sebanyak 47 mengalami kekeringan langka, sedang sisanya mengalami kekeringan kritis," demikian Yusuf Wibisono.