Liputan6.com, Banyuwangi - Tradisi selamatan Tumpeng Sewu 2023 digelar sangat meriah. seluruh jalan di Desa Kemiren, Glagah, Banyuwangi dipadati warga untuk menggelar selamatan desa.
Tumpeng Sewu kini tak hanya sebuah ritual adat, namun gelaran ini kini menjadi atraksi wisata Banyuwangi yang diminati wisatawan. Setiap tahun, menjelang Hari Raya Idul Adha, masyarakat Desa Kemiren rutin menggelar tradisi Tumpeng Sewu.
Ketua adat Desa Kemiren Suhaimi mengatakan, even ini tak lagi menjadi sebuah ritual begitu saja, namun berkembangnya jaman, kini sudah menjadi atraksi yang menarik bagi wisatawan.
Advertisement
"Tradisi Tumpeng Sewu kini menjadi atraksi. Tentu ini berdampak langsung bagi masyarakat Desa Kemiren. Perputaran ekonomi warga langsung dirasakan setiap rumah yang menerima pesanan Tumpeng Pecel Pitik dari wisatawan." kata Suhaimi Jumat (23/6/2023).
Hangat dan ramah tamah masyarakat Desa Kemiren membuat wisatawan terkesima sehingga tertarik untuk merasakan tumpeng lengkap dengan pecel pitiknya.
Menariknya, pecel petek menjadi menu wajib yang tersedia di setiap tumpeng. Pecel pitik adalah makanan khas suku Osing, ayam kampung yang dibakar lalu dicampur dengan parutan kelapa dengan racikan bumbu tertentu.
Iring-iringan barong pun melintas dan melakukan Ider Bumi. Beberapa panitia kemudian menyalakan beberapa obor yang ada di sepanjang jalan.
Baru sekitar pukul 18.30 Wib atau usai salat Maghrib, ritual ini mulai dibuka. Usai dibacakan doa, ritual ini dimulai. Di bawah temaram api obor, semua orang duduk dengan tertib bersila di atas tikar maupun karpet yang tergelar di depan rumah.
Di hadapannya tersedia tumpeng yang ditutup daun pisang. Dilengkapi lauk khas warga Kemiren, pecel pithik dan sayur lalapan sebagai pelengkapnya.
“Tardidi selamatan Tumpeng Sewu ini Kami harapkan bisa lestari sampai nanti, bahka n selama- lamanya,”harap Suhaimi
Sebelum Tumpeng Sewu Ada Tradisi Mepe Kasur
Sebelumnya, warga Desa Kemiren, Glagah, Banyuwangi ramai-ramai mengeluarkan kasur dari kamar dibawa kedepan rumah masing-masing. Mereka kemudian menjemur kasur yang memiliki warna yang seragam, yakni merah dan hitam.
Tradisi Mepe Kasur (menjemur kasur) sepanjang jalan Desa Kemiren merupakan rangkaian kegiatan rutin tahunan bersih desa setempat setiap bulan Dzulhijah. Ritual ini dilakukan sejak pagi hingga siang hari.
Ribuan kasur berwarna seragam ini dijemur berjejer di depan rumah warga. Pada sore harinya, warga menggelar tradisi ider bumi dengan mengarak barong berkeliling desa yang kemudian dilanjutkan dengan selamatan Tumpeng Sewu.
Advertisement