Liputan6.com, Jakarta - Sebanyak tiga jemaah haji Indonesia dilaporkan hilang saat puncak ibadah haji di Arafah, Muzdalifah, Mina (Armuzna). Hingga saat ini, Petugas Penyelenggaraan Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi masih melakukan pencarian.
Adapun ketiga jemaah yang masih hilang masing-masing berasal dari kelompok terbang (Kloter) 65 Embarkasi Surabaya (SUB 65), Kloter 20 Embarkasi Palembang (PLM 20), dan Kloter 10 Embarkasi Kertajati (KJT 10).
"Pencarian dalam upaya sejak info kehilangan beliau sampai saat ini," ujar Kepala Bidang Perlindungan Jemaah (Kabid Linjam) PPIH Arab Saudi Harun Al Rasyid di Makkah, Minggu (9/7/2023).
Advertisement
Petugas Linjam PPIH Arab Saudi sudah membentuk tim khusus untuk melakukan pencarian tiga jemaah yang hilang tersebut dengan menyisir sejumlah lokasi, mulai dari Arafah, Mina, hingga rumah sakit Arab Saudi (RSAS) dan Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) di Makkah.
"Termasuk kita sweeping kembali daerah Arafah, Mina, dan Mudzalifah serta beberapa rumah sakit Makkah dan Jeddah," kata Harun yang juga Kepala Satuan Operasi Satgas Armina ini.
Tim pencarian juga sudah menyambangi RS Atowari Mina untuk mengecek keberadaan tiga jemaah yang hilang.
"Kami juga datang ke rumah sakit di Makkah, seperti Rumah Sakit Malik Abdul Aziz, lalu ke Makkah Medical Center (MMC)," tambah dia.
Di tengah proses pencarian, PPIH Arab Saudi membuat surat dan mengumpulkan dokumen yang dibutuhkan untuk melaporkan hal ini ke kepolisian Arab Saudi.
"Surat sedang disiapkan untuk dibuat laporannya ke kepolisian di Arab Saudi," kata dia.
Harun tetap berharap ketiga jemaah haji yang hilang dapat ditemukan apapun kondisinya. Bila masih belum ditemukan sampai masa operasional haji selesai, pencarian akan tetap dilakukan sampai tuntas.
"Mohon doa restu semoga cepat kita ketemukan kabarnya, tim masih terus bekerja," kata Harun.
Â
Kasus Pneumonia Jemaah Haji Indonesia Melonjak
Â
Jumlah jemaah Indonesia yang mendapatkan perawatan medis pasca-fase puncak haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna) meningkat. Umumnya, para jemaah haji tersebut terkena penyakit pneumonia atau radang paru.
Kepala Bidang Kesehatan Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi, M Imran mengatakan, per Minggu 10 Juli 2023 kemarin total ada 205 jemaah yang dirawat baik di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) maupun di Rumah Sakit Arab Saudi (RSAS) kawasan Makkah.
"Jadi penyakit pneumonia ini adalah penyakit radang paru yang bisa menyerang siapa saja, tapi berdampak berat terutama pada mereka yang berusia lanjut," ujarnya saat ditemui di KKHI Makkah, Senin (10/7/2023).
Dia menuturkan, pneumonia biasanya menyerang jemaah haji dengan daya tahan tubuh yang rendah akibat kelelahan. Itu sebabnya kasus pneumonia pada jemaah ini melonjak pasca-puncak haji.
Umumnya kasus pneumonia ini ditandai dengan gejala batuk, pilek, sesak napas, dan demam. Namun pada jemaah lansia, gejala tersebut justru tidak terlihat signifikan.
"Gejala yang khas pneumonia sepeti sesak dan demam pada lansia tidak selalu muncul. Biasanya mereka datang justru dengan keluhan kurang nafsu makan, batuk pilek, tapi ini sering dianggap batuk pilek biasa, sehingga penanganannya kurang, mereka mungkin berobat sendiri," kata Imran.
Padahal kasus pneumonia ini tidak bisa dianggap sepele. Selain menjadi momok bagi jemaah haji yang dirawat, kata Imran, peneumonia juga turut menyumbang peningkatan kasus kematian pasca-Armuzna.
"Pneumonia ini gejalanya sepele tapi dampaknya masif," ujarnya.
Advertisement