Sukses

Ormas PGN: Al Zaytun Jangan Dianggap Enteng, Pemerintah Jangan Tersandera Pejabat yang Ada di Sekitarnya

Senopati atau pimpinan ormas Patriot Garuda Nusantara (PGN) Nuril Arifin Husein mengungkapkan, Al Zaytun melahirkan bibit intoleransi, radikal bahkan sudah bercita-cita membentuk NII.

Liputan6.com, Surabaya - Senopati atau pimpinan ormas Patriot Garuda Nusantara (PGN) Nuril Arifin Husein mengungkapkan, Al Zaytun melahirkan bibit intoleransi, radikal bahkan sudah bercita-cita membentuk NII.

"Ini musuh bersama Negara Kesatuan Republik Indonesia, bukan dianggap pasal yang enteng-entengan dalam pelanggaran hukumnya," ujarnya usai acara diskusi Bangkitnya Bahaya Laten Paham Khilafah, di Surabaya, Kamis (13/7/2023).

Pria yang akrab disapa Gus Nuril mengatakan, pemerintah harus tegas menyelesaikan perkara Al Zaytun ini.

"Kan punya TNI, polisi, hakim, jaksa dan punya aparat yang lainnya. Tinggal turun saja, jangan kemudian Pemerintahan Jokowi menjadi tersandera oleh pejabat-pejabat yang ada di sekitarnya," ucapnya.

Selanjutnya melakukan tindakan yang gamang, membuat rakyat juga bingung.

"Dan ini berbahaya kalau kemarahan rakyat tidak terbendung maka rakyat berjalan sendiri-sendiri. Ini jadi repot kalau sudah begitu," ujarnya.

Menko Polhukam Mahfud MD sebelumnya menyebut bahwa Panji Gumilang dan Pesantren Al Zaytun merupakan rentetan dari gerakan Darul Islam dan NII yang dicetuskan oleh Kartosoewirjo.

Secara rinci, Mahfud MD menjelaskan bahwa di masa awal kemerdekaan Indonesia, banyak pejuang dari kalangan Islam yang terpinggirkan dan tak tertampung dalam tata kelola pemerintahan.

"Hal itu imbas dari politik pendidikan yang diwariskan oleh Pemerintah Hindia Belanda yang cenderung diskriminatif. Hanya kalangan Islam yang punya ijazah-lah yang bisa masuk ke pemerintahan," ujarnya dalam keterangan tertulis, Rabu (12/7/2023).

"Pejuang, anak-anak muda, dan tokoh Islam banyak yang tidak tertampung dalam tugas-tugas di pemerintahan negara baru. Kemudian banyak kalangan Islam yang memutuskan untuk kembali ke pesantren dan fokus dalam mendidik santrinya. Tapi ada juga yang marah karena tidak tertampung," ungkap Mahfud Md dalam Halaqah Ulama Nasional, yang digelar di Pesantren Sunan Drajat Lamongan.

Selain itu, sambung Mahfud, terpinggirkannya kalangan Islam dalam tata kelola negara baru Indonesia ini bahkan menimbulkan kemarahan sebagian kalangan Islam, salah satunya adalah Kartosoewirjo yang kemudian mendirikan Darul Islam atau NII.

"Perjuangan yang dilakukan Kartosoewirjo untuk mendirikan Negara Islam Indonesia sebenarnya terus berlanjut, masih ada ekornya sampai sekarang, hingga sekarang ada ribut-ribut soal Panji Gumilang. Jadi Panji Gumilang dulu induknya adalah Negara Islam Indonesia," katanya.

2 dari 2 halaman

NII Organisasi Tanpa Bentuk

Dijelaskan oleh Mahfud, NII merupakan organisasi tanpa bentuk, gerakan bawah tanah tetapi NII memiliki struktur yang terdiri dari syekh yang memimpin, gubernur, menteri, bupati hingga camat. Pemikiran Kartosoewirjo yang dilanjutkan oleh penerusnya itu akhirnya diketahui oleh pemerintah.

NII bikinan Kartosoewirjo yang seolah sudah tamat itu kemudian dioperasi kembali oleh intelijen.

Pemerintah mengetahui bahwa NII itu sebenarnya masih hidup meski sudah ditumpas di berbagai tempat. Akhirnya pemerintah menggalang gerakan untuk melemahkan NII dengan cara dipecah dan diadu, NII versus NII.

"Nah, (NII) itu diketahui oleh pemerintah, sehingga pada awal tahun 1970-an, NII oleh pemerintah dipecah, diadu, yang satunya untuk melawan yang lain. Itu operasi yang dilakukan Ali Moertopo," beber Mahfud.

"Memang begitu dulunya, dulu ada komando jihad, ada orang dipancing untuk berkumpul lalu disuruh membuat resolusi, disuruh buat pernyataan keras, setelah itu ditangkap lalu dicitrakan ada komando jihad yang sama dengan NII sebelumnya. Saya dengar dari sumbernya langsung," tambahnya.

Lebih lanjut, Mahfud membeberkan, NII hasil operasi dan bentukan pemerintah waktu itu salah satu wilayahnya adalah Komandemen 9, yang sekarang menjadi Al Zaytun.

"Mengadu NII dengan NII itu kalau pakai sholawatnya orang NU itu sama dengan sholawat asyghil. Wa asyghilid dholimin bid dholimin. NII diadu dengan NII, maka NII akan hancur sendiri, kira kira begitu,"

kemudian sesudah merasa nyaman dengan pemerintah, merasa aman, kemudian Panji gumilang ini memecahkan diri. menampilkan sosok Al Zaytun yang seperti sekarang.