Sukses

Mengenaskan, Satu Kresek Sampah Plastik Ditemukan di Perut Bangkai Hiu yang Terdampar di Suramadu

Satu kantong kresek sampah berbagai macam jenis produk Indonesia ditemukan di dalam perut bangkai ikan Hiu. Hal tersebut diketahui setelah proses pembedahan yang dilakukan oleh tim dari Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya.

Liputan6.com, Jakarta Satu kantong kresek sampah berbagai macam jenis produk Indonesia ditemukan di dalam perut bangkai ikan Hiu. Hal tersebut diketahui setelah proses pembedahan yang dilakukan oleh tim dari Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya.

Salah satu peneliti FKH Unair, Bilqisthi Ari Putra mengungkapkan, pihaknya menemukan beberapa sampah plastik di dalam perut hiu. Sampah tersebut tidak hanya satu melainkan hampir satu kresek.

"Kita temukan satu kresek besar, kalau kita akumulasi mulai dari lambung sampai usus besar, mulai dari sedotan, gelas plastik, plastik rumah tangga, produk konsumtif, makanan dan minuman sampai utility ada semua. Yang padat, tipis semua ada," ujarnya, di Surabaya, Kamis (20/7/2023).

Bilqis mengaku belum dapat memastikan mengapa sampah bisa berada di dalam perut hiu, apakah karena hiu tersebut lapar dan memakan sampah atau karena hiu kemasukan sampah. 

"Atau karena dia ketika menghirup air, sampah itu ikut masuk ke dalam perut ikan Hiu. Yang jelas sampah plastiknya itu produk Indonesia," ucapnya.

Bilqis menjelaskan, sebenarnya ada tiga ekor bangkai ikan hiu yang terdampar di bawah Jembatan Suramadu sisi Bangkalan Madura, pada Senin 17 Juli 2023.

Bilqis melanjutkan, satu ekor ditemukan tepat di bawah jembatan, satu lagi sekitar 100 meter dari jembatan, sementara yang lainnya sudah hilang dan belum sempat dievakuasi.

"Dari hasil analisa post mortem nya, (terdampar) tidak bersamaan, ada yang duluan ada yang ketinggalan," ujar Bilqis.

Dari tiga ekor hiu tersebut, lanjut Bilqis, hanya satu ekor yang diautopsi yakni yang ditemukan  di bawah Jembatan Suramadu. Sebab bangkainya masih utuh. Sementara hiu kedua sudah mengalami pembusukan.

"(Hiu) yang kedua tidak kita otopsi karena terjadi pembusukan lebih lanjut. Sudah tinggal tulang, tapi tetap kita periksa," ucapnya.

Dari hasil pemeriksaan sementara, kata Bilqis, hiu pertama memiliki ukuran 5,23 meter dengan berat 2 ton. Hiu itu mati karena penyakit. Namun, ia belum dapat memastikan penyakit apa itu.

"Penyakitnya apa kita belum bisa pastikan, kita masih tunggu hasil pemeriksaan," ujar Bilqis.

2 dari 2 halaman

Belum Diketahui Penyebabnya

Bilqis belum juga bisa menjelaskan apa faktor pasti yang menyebabkan hiu-hiu itu terdampar di perairan Suramadu. Namun ada beberapa hal yang membuat hiu terdampar, seperti karena penyakit, kemudian aktivitas manusia seperti tertabrak kapal, hingga faktor alam yakni gelombang laut.

"Sampai saat ini (hewan terdampar) terus meningkat dengan pola yang bermacam-macam, mulai infeksi, faktor bukan penyakit, karena tertabrak kapal juga ada. Penyebab lain juga karena gelombang laut yang berubah, sehingga mungkin perkiraan dia (hewan) itu pasang, ternyata surut," ucap Bilqis. 

Kasus hiu terdampar di perairan Suramadu memang jarang terjadi. Kasus ini umumnya terjadi di Blitar, Tulungagung dan wilayah Selatan lainnya. Perairan Suramadu juga bukan habitat mereka.

"Bukan (habitat hiu), tidak ada di sini. Namun kita perlu studi lebih lanjut. (Di perairan Suramadu) Struktur topografi, ada aktivitas manusia saya rasa perairan juga tidak mendukung life suport apakah itu dari rumput laut dll. Sangat jarang yang sampai ke sini. Kalau sampai ke sini ya sepertinya ya kesasar," ujar Bilqis.

Menurutnya, peran Pemerintah Daerah (Pemda) sangat dibutuhkan untuk menangani masalah ini. Sebab, dari sekian puluh spesies, hiu dan paus ada di Indonesia.

"Atensi terhadap kasus ini kita harapkan cukup tinggi. Karena dari sekian puluh spesies paus, ada di perairan Indonesia. Kalau Kita gak konsen terhadap itu lama-lama habis yang ada di dunia," ucap Bilqis.