Sukses

Seniman Menggurat Jejak Korban Tragedi Kanjuruhan di HUT Arema, Gambar 135 Garis Tubuh

Aksi teatrikal seniman di depan Balai Kota Malang ini sebagai aksi dukungan keadilan bagi keluarga korban tragedi Kanjuruhan

Liputan6.com, Malang - Mukmin Ahmad tegak berdiri di depan Balai Kota Malang. Di bawah sengatan terik mentari, kedua tangannya lalu menjunjung seikat bunga mawar.

"Dan ini tragedi, dan ini tragedi," teriak seniman dari Malang Performance Art Comunity ini berulang kali, Kamis, 10 Agustus 2023.

Dia kemudian telentang, menelungkup dan menyamping menekuk tubuhnya di pelataran. Dibantu seorang rekannya, kapur tulis digurat membentuk gambar garis tubuh layaknya tanda tempat kejadian perkara (TKP).

Di setiap gambar itu dia kemudian menuliskan angka, lalu meletakkan setangkai mawar di atasnya. Seniman asal Palu, Sulawesi Tengah ang sudah tinggal di Malang sejak awal 1990-an itu ingin menggambar 135 garis tubuh.

"Cuaca memang panas. Tapi tidak ada apa-apanya dibanding korban Kanjuruhan yang kekurangan oksigen karena berdesakan di tribun," kata Mukmin.

Dia sedang melakukan aksi teatrikal mengenang 135 korban Tragedi Kanjuruhan. Jumlah gambar dan mawar itu jadi simbol merawat ingatan untuk keadilan bagi semua korban peristiwa tersebut. Serta bentuk empati terhadap keluarga korban.

"Keluarga korban masih belum mendapat keadilan. Ini sebagai dukungan kepada keluarga," ujar dia.

Mukmin berharap masyarakat juga tak melupakan tragedi Kanjuruhan itu. Sebab dia menilai sebagian masyarakat sekarang telah larut dalam ingar bingar kompetisi Liga 1 yang sudah berjalan.

 
2 dari 2 halaman

Peringatan HUT Arema

Mukmin melakukan aksi teatrikal itu tepat satu hari jelang hari ulang tahun klub Arema pada 11 Agustus ini. Aksi itu sebagai keprihatinan, bahwa tak perlu merayakan hari jadi klub.

"Belum ada keadilan bagi korban, maka tidak perlu bersenang-senang untuk ikut merayakan," ujar dia.

Dari informasi yang beredar, akan ada dua kelompok massa yang berencana menggelar peringatan HUT Arema di Kota Malang pada Kamis malam sampai Jumat dini hari. Yakni corteo atau berjalan kaki secara bersama – sama dengan.

Titik keberangkatan maupun akhir dari kedua kelompok itu berbeda dan masing – masing memiliki rangkaian agenda tersendiri. Dari pantauan di lapangan, polisi berjaga ketat di sepanjang kawasan Kayutangan Malang.

 

 

 

Â