Sukses

AHY Tolak Cawapres Anies Harus dari Jatim atau Jateng: Kita Pilpres untuk Indonesia, Bukan Provinsi

Ketua Umum DPP Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) tidak sepakat jika cawapres Anies Baswedan harus berasal dari Jawa Tengah (Jateng) atau Jawa Timur (Jatim).

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum DPP Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) tidak sepakat jika  cawapres Anies Baswedan harus berasal dari Jawa Tengah (Jateng) atau Jawa Timur (Jatim).

"Kita pemilihan presiden untuk Indonesia, bukan untuk satu atau dua provinsi," ujarnya di Jakarta, Kamis (10/8/2023) malam.

Menurut dia, pesta demokrasi lima tahun sekali itu untuk mencari pasangan calon presiden dan wakil presiden (capres-cawapres) dari seluruh Indonesia.

Kendati demikian, AHY tak memungkiri Jateng dan Jatim merupakan dua di antara tiga provinsi dengan jumlah pemilih terbanyak. Ia juga mengatakan tak baik apabila terlalu fokus ke dua daerah itu saja.

"Kita juga harus memahami tentu tidak boleh dilihat sepetak-petak begitu. Kita ingin dihadirkan opsi-opsi, dan kita bahas secara rasional," katanya.

Ia menyatakan lebih tertarik membahas strategi terbaik untuk merebut suara pemilih pada Pilpres 2024 daripada fokus ke sosok cawapres.

Ia mengaku melihat Anies sebagai calon presiden usungan Partai Demokrat juga mempunyai pemikiran yang sama.

Ia menegaskan Demokrat bersama dua partai politik pendukung lainnya, NasDem dan PKS, juga telah menyerahkan keputusan final penentuan cawapres kepada Anies Baswedan. Ketiga partai pendukung ini hanya tinggal menunggu alasan Anies memilih sosok cawapres itu nantinya.

"Benar ada kriteria-kriteria yang dipersyaratkan termasuk juga ada faktor-faktor yang dipertimbangkan. Kita terbuka, tolong itu disampaikan dengan baik sehingga bisa dijelaskan kepada tiga partai dan juga masyarakat luasnya," ucap AHY.

2 dari 2 halaman

Tidak Dibebani Harus Jadi Presiden

AHY mengaku tidak diberikan beban cita-cita atau harapan untuk mengikuti jejak sang ayah, Presiden keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono. AHY mengaku dibesarkan tidak dengan beban untuk bisa menjadi gubernur, menteri atau presiden.

"Setiap anak tentu ingin lebih baik dari kedua orang tuanya, tapi saya bersyukur orang tua saya tidak pernah membebani saya dengan cita-cita atau harapan mereka," ujar AHY.

"Mereka tidak pernah meminta saya untuk menjadi apapun, apakah itu menjadi pilot, insinyur, jenderal, gubernur, menteri, atau presiden," imbuh AHY.

Setiap orang tua tentunya punya harapan, meski tidak terucap. Tetapi, apa yang AHY rasakan, orang tuanya selalu mengarahkan dan membimbingnya pada pilihan hidupnya.

"Kadang-kadang harapan mereka berbeda dengan keinginan saya, tapi mereka selalu mendukung apapun keputusan saya," ujar AHY.

AHY mengaku tidak pernah membayangkan mulanya sang ayah akan menjadi pemimpin Indonesia.

Menjadi anak presiden baginya di satu sisi adalah anugerah. Tetapi juga memberikan beban moril untuk menjaga martabat, kehormatan, dan nama baik keluarga. AHY yakin anak presiden lainnya, seperti Yenny Wahid, Ilham Habibie dan Puan Maharani merasakan hal yang sama.

"Menjadi anak presiden di satu sisi adalah suatu anugerah, tapi di sisi lain memberikan beban moril untuk menjaga martabat, kehormatan, dan nama baik keluarga," ujar AHY.