Â
Liputan6.com, Blitar - Kasatreskrim Polres Blitar Kota AKP Galih Putra Samudra membeberkan awal mula kejadian penganiayaan yang berakibat hilangnya nyawa MA, siswa Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri di Blitar dengan pelaku rekan sekolahnya, berinisial KR.
Baca Juga
Kejadian penganiayaan bermula pada Kamis 24 Agustus, KR masuk ke ruang kelas korban dan ditanya oleh korban kenapa masuk kelas lain. Diduga, hal itu menjadi menyebabkan korban tersinggung.
Advertisement
Kemudian, pada Jumat 25 Agustus, saat jam pergantian berlangsung, KR masuk ke ruang kelas korban menuju tempat duduk korban sambil berteriak. Saat itu, teman-temannya yang lain sudah berusaha menghalangi namun terlepas.
Pelaku menghampiri tempat duduk korban dan langsung memukul sampai tiga kali (mengenai bagian tubuh vital yakni tengkuk kepala belakang dan dada-ulu hati) tanpa ada perlawanan dari korban.
Kejadian tersebut sangat singkat, kurang dari lima menit. Saat itu, korban langsung jatuh, tidak sadarkan diri.
Korban seketika juga langsung diberikan pertolongan pertama, dengan dibawa di ruang UKS di sekolah. Namun, karena tidak sadarkan diri, pihak madrasah langsung membawa ke rumah sakit di Srengat, untuk pemeriksaan, hingga kemudian korban dinyatakan meninggal dunia.
Polres Blitar Kota masih menunggu hasil autopsi.
"Kepada korban telah dilakukan autopsi oleh tim kedokteran forensik dari Rumah Sakit Bhayangkara Kediri dengan persetujuan orang tua anak korban dan keluarganya. Sementara dari penyidik masih menunggu hasil pemeriksaan resminya," kata AKP Galih Putra Samudra.
Sementara itu, pelaku saat ini sudah diperiksa petugas di Polres Blitar Kota. Kasus yang bersangkutan ditangani Unit PPA Polres Blitar Kota dan hingga kini masih dilakukan pemeriksaan.
Â
Â
Kemenag Sesalkan Kejadian
Kepala Seksi (Kasi) Pendidikan Madrasah (Pendma) Kantor Kementerian Agama Kabupaten Blitar Baharuddin mengatakan pihaknya menyesalkan kejadian ini dan sudah menyerahkan perkara ini ke polisi.
Pihaknya juga berduka dengan kejadian itu dan berharap keluarga korban diberikan ketabahan, kesabaran dalam musibah ini.
Ia menambahkan, peristiwa ini juga menjadi pembelajaran para pemangku satuan pendidikan dan stakeholder untuk lebih memperhatikan penguatan karakter yang di kurikulum merdeka itu profil pelajar Pancasila.
"Sekali lagi, ini jadi pelajaran yang berharga terutama bagi insan pendidikan bagi madrasah untuk lebih meningkatkan pengawasan, kemudian pembinaan karakter anak supaya punya karakter akhlak mulia, santun dan ramah. Itu saja yang penting," kata Baharuddin.
Advertisement