Liputan6.com, Malang - Kepolisian Resor (Polres) Malang menangkap pasangan mahasiswa berinisial MKP (22) dan kekasihnya LAM (22) yang merupakan pelaku aborsi terhadap bayi dalam kandungan berusia lima bulan.
Wakapolres Malang Kompol Wisnu S Kuncoro mengatakan bahwa tersangka MKP menawarkan obat penggugur janin kepada LAM setelah mengetahui kekasihnya tersebut hamil.
Baca Juga
"Tersangka LAM mengiyakan tawaran tersebut dan tersangka MKP membelikan obat penggugur kandungan," kata Wisnu dilansir dari Antara, Sabtu (9/9/2023).
Advertisement
Wisnu menjelaskan, MKP merupakan warga Kabupaten Katingan, Provinsi Kalimantan Tengah, dan LAM, merupakan warga Kecamatan Bangsal, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Keduanya merupakan mahasiswa.
Menurutnya, tersangka melakukan praktik aborsi tersebut pada 22 Agustus 2023. MKP menyerahkan obat penggugur kandungan kepada LAM, dan kemudian segera dipergunakan oleh tersangka.
"Keesokan harinya, LAM merasakan sakit pada perutnya, dan kemudian janin berusia lima bulan tersebut keluar. Proses itu dibantu tersangka MKP," katanya.
Ia menambahkan, janin yang sudah tidak bernyawa tersebut dibungkus kain berwarna putih dan dibawa oleh tersangka MKP di rumah kos rekannya bernama Hilda Diah. Namun, mengetahui perbuatan tersangka, Hilda Diah melaporkan perkara itu ke pihak kepolisian.
"Tersangka ditangkap pada 4 Sept4ember 2023 di wilayah Kota Malang. Penangkapan dilakukan karena dua alat bukti cukup," katanya.
Â
Dari Mana Obat Penggugur Kandungan Didapat?
Saat ini, lanjutnya, pihaknya juga masih melakukan pendalaman terkait obat penggugur kandungan yang diterima oleh tersangka MKP. Tersangka MKP mengaku mendapatkan obat tersebut dari salah satu rekannya.
Tersangka LAM dijerat dengan Pasal 342 KUHP Jo pasal 341 KUHP Jo 80 ayat (3) dan atau Pasal 76C UU No. 35 Tahun 2014 tentang perubahan atas UU No. 23 Th 2002 tentang Perlindungan anak.
Sementara MKP dikenakan Pasal 344 KUHP Jo pasal 343 KUHP dan atau 80 ayat (3) Jo Pasal 76C UU Nomor 35 Tahun 2014 tentang perubahan atas UU No. 23 Th 2002 tentang Perlindungan anak. Keduanya terancam hukuman penjara maksimal selama 15 tahun.
Advertisement