Sukses

Haru Syahdu Setahun Tragedi Kanjuruhan Malang: Kembalikan Anakku!

Suasana haru mewarnai doa bersama untuk para korban tragedi Kanjuran yang digelar keluarga dan ribuan Aremania di depan Stadion Kanjuruhan, 1 Oktober 2023.

 

Liputan6.com, Malang - Suasana haru dan syahdu mewarnai doa bersama untuk para korban tragedi Kanjuruhan yang digelar keluarga dan ribuan Aremania di depan Stadion Kanjuruhan Malang, 1 Oktober 2023.

 

Suasana doa diwarnai dengan kenangan paling kelam dalam dunia sepak bola Indonesia. Bahkan, salah satu orang tua korban tidak mampu menahan emosi dan menangis histeris.

"Kembalikan anakku!" teriaknya.

Dalam kesempatan itu, salah satu orang tua korban Tragedi Kanjuruhan, Devi Athok mengatakan bahwa hingga saat ini ia dan para keluarga korban Tragedi Kanjuruhan masih mencari keadilan dan berharap hukuman berat bagi para pelaku.

"Hanya dengan itu, kami keluarga korban bisa lega dan menerima hasil hukuman yang ada," katanya.

Duka juga masih menyelimuti Siti Mardiyah (55) atau yang biasa disapah Kholifah yang kehilangan putrinya, Mitha Maulidia. Kakak tertua Mitha, Andik Kurniawan, juga masih tidak percaya bahwa adik perempuan satu-satunya itu, telah berpulang.

Sejumlah foto Mitha Maulidia, tergantung di rumah sederhana yang berada di Jalan Ternate, Kelurahan Kasin, Kecamatan Klojen, Kota Malang, Jawa Timur, itu. Mitha dimakamkan pada Tempat Pemakaman Umum (TPU) Kasin, yang tidak jauh dari kediaman itu.

Rasa rindu seorang ibu pada anak perempuan satu-satunya itu, seringkali tidak terbendung. Derai air mata kini menghiasi hari-hari Kholifah, terlebih saat ia teringat sosok putri yang sehari-hari sering menghabiskan waktu bersama dirinya.

Dengan perasaan rindu yang membuncah, setiap hari, satu tahun terakhir, Kholifah menguatkan hati untuk berziarah ke makam anaknya yang kurang lebih berada 300 meter dari kediamannya. Dua kali dalam sehari, pagi dan sore, Kholifah mengobati rindu itu dengan menyisihkan waktu ke makam buah hatinya.

Hanya doa yang bisa ia panjatkan pada buah hati yang nyawanya terenggut pada peristiwa memilukan dalam sejarah sepak bola Indonesia. Sejarah yang akan selalu ia kenang, yang mengakibatkan hilangnya sosok berharga di dalam keluarga.

Dalam wawancara dengan sejumlah media di kediamannya, seringkali tatapan mata Kholifah masih kosong. Air mata juga tidak henti keluar dari mata perempuan berusia 55 tahun itu. Berusaha untuk ikhlas atas kehilangan yang sangat mendadak dan tidak terduga.

Satu tahun sejak ia harus menerima kenyataan bahwa buah hatinya telah berpulang, banyak hal yang berubah dalam kehidupannya. Nafsu makan menghilang, seiring rasa rindu yang terus mengingatkan ia pada sosok gadis yang terakhir berusia 26 tahun itu.

Tidak jarang juga ia tiba-tiba berlari ke pusara anaknya, saat kerinduan itu tidak tertahankan. Ia hanya bisa menangis di samping batu nisan yang menjadi penanda terakhir di mana anak kesayangannya itu dimakamkan.

Sosok Mitha Maulidia, bukan hanya sebagai anak yang dekat dengan orang tuanya. Bagi Kholifah, Mitha merupakan sahabat, teman sekaligus tempat ia bercerita dan berkeluh kesah atas apa yang ia rasakan di dalam hidup.

2 dari 3 halaman

Rusuh Laga Arema Vs Persebaya

Pada 1 Oktober 2022 terjadi kericuhan usai pertandingan antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya dengan skor akhir 2-3 di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang. Kekalahan itu menyebabkan sejumlah suporter turun dan masuk ke dalam area lapangan.

Kerusuhan tersebut semakin membesar dimana sejumlah flare dilemparkan termasuk benda-benda lainnya. Petugas keamanan gabungan dari kepolisian dan TNI berusaha menghalau para suporter tersebut dan pada akhirnya menggunakan gas air mata.

Akibat kejadian itu, sebanyak 135 orang dilaporkan meninggal dunia akibat patah tulang, trauma di kepala dan leher dan asfiksia atau kadar oksigen dalam tubuh berkurang. Selain itu, dilaporkan juga ada ratusan orang yang mengalami luka ringan termasuk luka berat.

3 dari 3 halaman

Enam Tuntutan

Massa aksi dalam peringatan 1 tahun tragedi Kanjuruhan menyerukan enam tuntutan terhadap pemerintah.

Pertama, menutut Presiden agar memastikan Tragedi Kanjuruhan diusut tuntas tidak hanya aktor lapangan saja tapi juga menyeret aktor komando serta petinggi korporasi di peristiwa itu.

Kedua, menuntut Kapolri agar memerintahkan Kabareskrim mulai mengembangkan penyelidikan dan penyidikan tragedi Kanjuruhan sampai tuntas dan berkeadilan

Ketiga, Komnas HAM melakukan kajian mendalam dan penyelidikan pro-yustisia agar tragedi Kanjuruhan ditetapkan sebagai pelanggaran HAM berat.

Keempat, Komnas Perempuan dan Komnas Perlindungan Anak Indonesia melakukan pengawasan, penindakan dan penegakan hukum terhadap korban perempuan dan anak di bawah umur.

Kelima, Kompolnas segera melakukan pengawasan terhadap proses penegakan hukum oleh kepolisian. Keenam, Menpora dan PSSI segera menetapkan 1 Oktober sebagai hari duka sepakbola nasional.Â