Sukses

Peta Kekuatan Cawapres Ganjar Representasi NU, Yenny Wahid Dinilai Paling Potensial

Pengamat politik Ujang Komarudin menyebut ada tiga nama Bakal Calon Wakil Presiden (Bacawapres) pendamping capres yang diusung PDIP-PPP, Ganjar Pranowo yang belakangan ini menguat.

Liputan6.com, Jakarta - Pengamat politik Ujang Komarudin menyebut ada tiga nama bakal calon wakil presiden (Bacawapres) pendamping Ganjar Pranowo yang belakangan ini menguat. Mereka adalah tokoh yang dianggap mewakili kalangan Nahdlatul Ulama (NU), yaitu Yenny Wahid, Mahfud MD dan Said Aqil Siradj.

Ujang pun memberikan analisa terkait peta kekuatan ketiga sosok tersebut. Menurutnya, Putri Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid atau Gus Dur Yenny Wahid memiliki keunggulan bila dibandingkan Mahfud dan Said Aqil Siradj teruatama terkait ke-NU-annya.

"Jadi memang Pilpres kali ini, cawapres yang dibutuhkan itu representasi NU. Maka siapa sosok yang paling kental ke-NU-annya, dari tiga nama ini saya melihat ya mba Yenny Wahid. Mba Yenny ini kan cicit dari pendiri NU Kiai Haji Muhammad Hasyim Asy'ari, anak dari Gus Dur yang juga mantan Ketum PBNU dan dia sendiri pengurus PBNU. Artinya secara biologis dan ideologis beliau mengalir darah NU," kata Ujang Komarudin di Jakarta, Selasa (17/10/2023).

Yenny bukan hanya dekat dengan NU, tapi dia merepresentasikan NU itu sendiri karena dia memiliki garis keturunan di situ.

Disamping sebagai dzuriyah pendiri NU, Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) ini menyebut Yenny Wahid memiliki basis massa yang lebih real di akar rumput NU teruatama kalangan NU kultural, kiai-kiai kampung, pesentren yang terafiliasi dengan NU serta para pengikut Gus Dur atau Gusdurian.

Disamping itu, Yenny Wahid yang kini menjadi Direktur Wahid Institute selalu memperjuangkan Islam moderat, mendorong terciptanya demokrasi, multikulturalisme, dan toleransi di kalangan kaum muslim di Indonesia bahkan di seluruh dunia.

"Dengan kiprah beliau di isu ini, tentu banyak simpatisan yang akan mendukung beliau terutama kalangan minoritas dan kaum yang termarjinalkan di republik ini," jelasnya.

Disisi lain, Yenny disebut satu-satunya sosok tokoh perempuan dari NU. "Beliau representasi perempuan, dan representasi tokoh dari Jawa Timur. Ini yang perlu diperhitungkan pengaruh elektoralnya," ungkapnya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Sosok Said Aqil Siradj

Terkait sosok Said Aqil Siradj, Ujang menilai memiliki keunggulan karena dia pernah menjadi Ketua Umum PBNU sehingga ke-NU-annya tidak diragukan.

Namun demikian, Said Aqil saat ini tidak lagi menjabat Ketum PBNU sehingga sudah tidak punya kekuatan menggerakkan massa nahdliyin.

"Kiai Said ini mantan Ketum PBNU, tentu kekuatannya menggerakkan massa nahdliyin sudah tidak seperti dulu saat menjabat," katanya.

"Berbeda dengan Yenny Wahid, meskipun bukan Ketum PBNU tapi punya bassis massa di akar rumput. Ini karena beliau dzuriah pendiri NU dan banyak pengikut Gus Dur," tambahnya.

Hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah sosok kiai Said belakangan ini kerap memiliki masalah

"Kiai Said saya lihat di media belakangan beberapa kali berobat ke luar negeri. Ini tentu akan menjadi pertimbangan bagi koalisi, apalagi cawapres harus keliling Indonesia saat kampanye nanti," pungkasnya

3 dari 3 halaman

Mahfud Unggul Pengalaman Pemerintahan

Sementara itu, terkait sosok Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD, Ujang menilai keunggulanmya dari sisi pengalaman di dunia pemerintahan. Sebab, dia pernah menjadi menteri, anggota DPR, dan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK).

"Pak Mahfud ini keunggulannya beliau pernah menduduki kursi legislatif, yudikatif, dan eksekutif. Jadi dianggap memiliki pengalaman yang lengkap," katanya.

Namun demikian, modal tersebut tidak cukup di tengah politik elektoral.

"Pak Mahfud ini ini tokoh senior yang berpengalaman di dunia pemerintahan. tapi kadang itu tidak serta merta membuat masyarakat sebagai untuk memilih dia. Bagi capres yang terpenting apakah dia memiliki elektabilitas dan mendongkrak suara atau tidak," katanya.

Selanjutnya, problem Mahfud adalah at ini, lanjutnya, sering dianggap tidak tidak merepresentasikan NU karena dia tidak pernah secara spesifik di struktural NU.

"Pak Mahfud ini sering dianggap bukan representasi NU. Pada Pilpres 2019 yang lalu, beliau dibatalkan jadi cawapres di last minute penentuan cawapres karena dianggap tidak mewakili NU, makanya digantikan kiai Ma'ruf Amin," ujarnya.

Menurutnya, Mahfud tidak memiliki bassis massa yang kuat di kalangan NU dan pesantren yang terafiliasi NU.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.