Liputan6.com, Jakarta - Perkembangan dunia media dan televisi di Indonesia senantiasa dipengaruhi oleh teknologi. Para penyelenggara siaran televisi dan media massa dituntut untuk terus beradaptasi dengan perubahan zaman, terutama dengan kemunculan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI).
Meski demikian, stasiun televisi dan media massa saat ini masih belum sepenuhnya dapat berkolaborasi dengan kecerdasan buatan tersebut.
Baca Juga
Hal ini seperti diungkapkan oleh Direktur CNN Indonesia Desi Anwar yang menyatakan bahwa CNN Indonesia belum sepenuhnya berkolaborasi dengan kecerdasan buatan dalam memproduksi konten. Alasannya, karena masih berpegang pada prinsip jurnalisme berupa kredibilitas dan akuntabilitas, yang merupakan dua pilar penting dalam jurnalisme.
Advertisement
“Untuk saat ini kami belum, karena masih mengacu pada prinsip kredibilitas dan akuntabilitas untuk menjaga kepercayaan masyarakat pada media dan menjaga standar etika dalam industri ini”, ujar Desi menjawab pertanyaan mahasiswa pada Seminar "The Power of Media in Digital Era" di Universitas Bunda Mulia Kampus Serpong, belum lama ini.
Pernyataan jurnalis senior yang memulai kariernya sebagai pembawa berita di RCTI tersebut mengarah pada pentingnya menjaga kejujuran dan kualitas dari produk jurnalistik yang dihasilkan media. Desi juga menambahkan perlunya masyarakat untuk bersikap bijak dalam menghadapi perkembangan teknologi kecerdasan buatan yang semakin masif.
“Saya rasa masyarakat kita semua sekarang harus bersikap bijaksana untuk menghadapi kecerdasan buatan ini, karena teknologi memang memudahkan kita berinteraksi secara digital namun, tidak menutup kemungkinan dari beberapa kasus kecerdasan buatan ini juga dapat digunakan untuk tindakan-tindakan kriminal” ujar Desi.
Festival PsyCogi 2023
Seminar “The Power of Media in Digital Era” merupakan rangkaian dari Festival PsyCogi 2023 bertemakan "Human and Media Power" yang diselenggarakan oleh Universitas Bunda Mulia Kampus Serpong yang membahas interaksi manusia dengan kekuatan media dalam masyarakat kontemporer.
Rangkaian festival yang dilaksanakan selama empat hari ini menyajikan berbagai kegiatan di antaranya seminar nasional, berbagai kompetisi yang melibatkan peserta dari siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) serta mahasiswa dari sejumlah sekolah dan universitas dari berbagai daerah seperti Bali, Sumatera Barat serta Sumatera Selatan.
Seminar nasional sendiri akan menjadi platform utama bagi para ahli, praktisi, dan akademisi untuk berbagi wawasan tentang pengaruh kekuatan media di era digital terhadap masyarakat dan individu.
Advertisement