Liputan6.com, Surabaya - Cuaca Bantar Gebang, Kota Bekasi yang terik pada Selasa (31/10/2023), tak menyurutkan semangat para Perwira Siswa Pendidikan Regular LXIII (Pasis Dikreg) Seskoad TA 2023 dalam berlatih menembak menggunakan senjata buatan Indonesia di Markas Batalyon Armed 7/155 GS, Bantar Gebang, Kota Bekasi.
Latihan tembak itu menjadi bagian dari Studi Wisata Industri Strategis Pertahanan ke PT Komodo Armament Indonesia (KAI), sebuah perusahaan industri pertahanan asli Indonesia.
Direktur Utama PT Komodo Armament Dananjaya A. Trihardjo, dalam sambutan dan paparannya di hadapan 128 orang perwira siswa (pasis) TNI AD tersebut, menjelaskan perusahaan yang berdiri sejak 2016 itu.
Advertisement
Bersama Direktur Operasional PT Komodo Mayjen TNI (purn) Daniel Ambat, Danan membangun perusahaan ini sebagai industri pertahanan swasta asli Indonesia, yang membuat dan memproduksi senjata beserta amunisi untuk kebutuhan militer TNI.
“Misi kami adalah memproduksi persenjataan dan amunisi dengan kualitas terbaik untuk TNI, serta memberikan pelayanan penuh dalam penyediaan peralatan persenjataan maupun amunisi, yang sesuai dengan kebutuhan pertahanan Indonesia,” kata Dananjaya.
Dia melanjutkan, Komodo Armament Indonesia antara lain telah membuat empat jenis senjata api perorangan, yaitu D5 Komodo Assault Riffle (senapan serbu perorangan kaliber 5,56 milimeter), Komodo P1-95 (pistol double action kaliber sembilan milimeter), D7 Komodo PMR SA Riffle (senapan serbu perorangan semi otomatik kaliber 7,62 milimeter), dan D7CH Komodo Sniper Riffle (senapan runduk kaliber 7,62 milimeter).
“Produk senjata dan amunisi kami, telah mencapai Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) sebesar 83 persen untuk setiap produknya, dan juga sesuai standar NATO,” papar Dananjaya.
Dalam membuat dan memproduksi, Komodo Armament Indonesia selalu melakukan penelitian dan percobaan, proses penelitian dan pengembangan (research and development, RnD) secara terus menerus.
Baik penelitian terhadap propelan (bahan pendorong; bahan peledak untuk membentuk gas pendorong dalam roket, amunisi, peluru), maupun terhadap senjata yang diproduksi. Termasuk dalam menciptakan metodologi baru dalam pembuatan senjata, agar sesuai dengan kondisi geografis Indonesia sebagai negara maritim dan memiliki banyak perbatasan negara.
“Metode temuan kami dalam pembuatan senjata–dan sudah lolos tes di Kementerian Pertahanan–antara lain berupa sebuah metodologi yang memungkinkan pembuatan senjata dari bahan polimer, metode berupa kemampuan untuk memproduksi senjata hanya dalam waktu 16-18 menit, serta munisi Polimer hybrid kaliber 5,6 mm - 7,2 mm," ucap dia.
"Kami menyebutnya “Decentralized High Mobility Manufacturing”, yaitu metode yang memungkinkan pabrik ikut bergerak mobile dengan mudah, sehingga senjatanya bisa diproduksi di berbagai tempat,” jelas Dananjaya.
Perpendek Mata Rantai Pasokan Senjata Nasional
Dalam studi wisata Pasis Seskoad tersebut, banyak hal baru yang bisa dipelajari mengenai Komodo Armament Indonesia yang selalu mencantumkan “Made in Bekasi” di tiap unit senjata yang diproduksi.
Hal baru tersebut antara lain kemandirian perusahaan dalam menggunakan bahan baku lokal, dan metode “pabrik yang bisa mengikuti pasukan” sehingga senapan maupun amunisinya bisa diproduksi di berbagai tempat.
Sehingga, masa depan industri strategis Indonesia dapat dilakukan dengan memperpendek mata rantai penyediaan kebutuhan persenjataan TNI, dan menjawab tantangan dari kondisi geografis Indonesia.
Kunjungan tersebut dipimpin oleh Komandan Koordinator Dosen (Kakordos) Seskoad Brigjen TNI DR Rahmat Setia Wibawa, didampingi Direktur Pengkajian dan Pengembangan (Dirjianbang) Seskoad Brigjen TNI DR Robert Giri.
Advertisement