Liputan6.com, Jakarta - Badan Pemulihan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) menyebutkan, satu anak di Gaza tewas tiap 10 menit akibat serangan brutal Israel sebulan terakhir.
"Rata-rata, seorang anak terbunuh dan dua lainnya terluka setiap 10 menit selama perang berlangsung," sebut UNRWA dalam pernyataan yang diunggah di X, Selasa (7/11/2023).
Baca Juga
"Melindungi warga sipil dalam konflik bukanlah sebuah cita-cita; itu adalah kewajiban dan komitmen untuk kemanusiaan kita bersama," tambah pernyataan itu.
Advertisement
UNRWA merupakan badan PBB utama yang beroperasi di Jalur Gaza, dimana sekolah-sekolah mereka saat ini menampung sekitar 670 ribu warga Palestina yang mengungsi menyelamatkan diri dari serangan Israel yang tanpa henti. Badan itu sendiri kehilangan 70 staf mereka sejak serangan dimulai.
Israel meluncurkan serangan udara dan darat di Jalur Gaza setelah serangan lintas batas oleh kelompok perlawanan Hamas Palestina pada 7 Oktober lalu.
Pengeboman Israel di Jalur Gaza telah menewaskan 10.022 warga Palestina, termasuk 4.104 anak-anak dan 2.641 perempuan. Sementara korban tewas di Israel mencapai 1.600 jiwa menurut angka resmi.
Selain jumlah korban tewas yang luar biasa dan perpindahan besar-besaran akibat kepungan Israel di wilayah itu, pasokan bahan dasar juga semakin menipis bagi 2,3 juta penduduk Gaza.
Gaza Jadi kuburan Massal Anak
Dana Anak-Anak PBB (UNICEF) menyebut Gaza sudah berubah menjadi kuburan anak-anak ketika jumlah anak-anak meninggal dunia di Jalur Gaza sejak 7 Oktober terus meningkat.
“Kekhawatiran terbesar kami mengenai jumlah anak-anak yang terbunuh bakal meningkat dari puluhan menjadi ratusan menjadi ribuan, terbukti hanya dalam waktu dua pekan,” kata Juru Bicara UNICEF James Elder dalam konferensi pers PBB di Jenewa pada Selasa 31 Oktober 2023.
UNICEF menyesalkan jumlah kematian anak-anak di bawah umur telah melebihi 3.450 orang.
“Yang mengejutkan, jumlah ini meningkat secara signifikan setiap hari. Gaza telah menjadi kuburan anak-anak. Ini neraka bagi semua orang," ujar Elder.
Elder kembali mengulang seruan UNICEF agar Israel dan Hamas segera melakukan gencatan senjata dan memberikan akses untuk pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza.
Dia kemudian menyebutkan anak-anak di Gaza sekarat bukan hanya karena serangan udara, tetapi juga karena kurangnya perawatan medis.
“Namun, ancaman terhadap anak-anak lebih dari sekadar bom,” kata Elder, yang menekankan kelangkaan air dan trauma menjadi ancaman lain yang dihadapi di anak-anak di kantong Palestina yang diblokade Israel itu.
Advertisement
Krisis Air Bersih
Dia memperingatkan bahwa lebih dari satu juta anak Gaza menghadapi krisis air bersih karena produksi air harian Gaza tinggal 5 persen dari kapasitas produksinya.
“Jadi, kematian anak karena dehidrasi, khususnya kematian bayi karena dehidrasi, adalah ancaman yang semakin besar," kata Elder.
Dia mengingatkan ketika pertempuran akhirnya berhenti, kerugian yang harus ditanggung anak-anak dan masyarakat Gaza akan ditanggung oleh generasi mendatang.
Elder menekankan bahwa sebelum konflik ini mulai, lebih dari 800 ribu anak Gaza yang mencakup tiga perempat total populasi anak-anak Palestina, diidentifikasi membutuhkan perawatan kesehatan mental dan dukungan psikologis.
Sejak akhir pekan lalu tentara Israel memperluas serangan udara dan daratnya di Jalur Gaza yang tak henti dibombardir sejak serangan mendadak Hamas pada 7 Oktober.
Lebih dari 10.000 orang tewas dalam konflik di Gaza, termasuk 8.306 warga Palestina dan lebih dari 1.538 warga Israel, dan juga termasuk 3.457 anak-anak Gaza.
Blokade Israel juga telah memutus pasokan bahan bakar, listrik, dan air ke Gaza, serta mengurangi pasokan bantuan hingga tidak mampu memenuhi kebutuhan lebih dari 2 juta warga Palestina di wilayah itu.