Sukses

Lestari Moerdijat: Problem Diabetes di Depan Mata, Butuh Perhatian Serius Semua Pihak

Wakil Ketua MPR Lestari Moerdijat menyatakan, intervensi pemerintah melalui kebijakan terkait penanggulangan penyakit tidak menular diabetes mesti dilakukan secara konsisten.

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Ketua MPR Lestari Moerdijat menyatakan, intervensi pemerintah melalui kebijakan terkait penanggulangan penyakit tidak menular diabetes mesti dilakukan secara konsisten.

"Problem diabetes ada di depan mata kita, sehingga membutuhkan perhatian serius semua pihak," kata Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat saat diskusi daring "Waspada Diabetes Menggerogoti Usia Produktif" yang digelar Forum Diskusi Denpasar 12, Rabu (15/11/2023).

Menurut Lestari, ancaman tersebut harus diantisipasi dan dicermati agar bonus demografi yang diharapkan tidak berubah menjadi beban.

Apalagi, ujar Rerie sapaan akrab Lestari, berdasarkan catatan WHO angka kasus diabetes di dunia yang terbanyak adalah type 2 yang bisa dicegah dengan pemahaman dan upaya yang tepat.

Kondisi tersebut, tambah Rerie yang juga legislator dari Dapil II Jawa Tengah itu, harus menjadi perhatian apalagi diabetes menyerang usia produktif.

Anggota Majelis Tinggi Partai NasDem itu mendorong agar para pemangku kepentingan benar-benar aktif melakukan pencegahan melalui penerapan sejumlah kebijakan yang relevan.

Selain itu, tambah dia, juga harus diinisiasi gerakan peningkatan kualitas hidup sehat melalui edukasi dan peningkatan layanan kesehatan melalui sistem kesehatan terpadu demi memaksimalkan manfaat bonus demografi pada Indonesia Emas 2045.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Kemenkes RI, Eva Susanti sependapat bahwa kesiapan mewujudkan bonus demografi harus diiringi dengan upaya membangun generasi emas yang sehat.

Karena kondisi saat ini di Asia Tenggara, ungkap Eva, kasus diabetes menduduki peringkat ke-6 dengan jumlah penderita 90,2 juta atau 8,7% dari populasi.

Jumlah kasus tersebut, ujar Eva, akan terus naik bila tidak ada upaya untuk mengendalikan faktor resiko. Apalagi, tegas dia, diabetes merupakan ibu dari segala penyakit.

Menurut Eva gaya hidup seperti merokok, kurangnya aktivitas fisik dan kurang makan buah dan sayuran dapat meningkatkan risiko terkena penyakit tidak menular seperti diabetes.

Sejatinya, tegas dia, bila diterapkan tata laksana yang tepat diabetes dapat diatasi.

Pemerintah, ungkap Eva, juga sudah berupaya melakukan langkah-langkah pencegahan dengan deteksi dini pada sistem layanan kesehatan yang ada hingga penatalaksanaan terhadap para penderita.

Eva mendorong agar masyarakat melakukan pengukuran gula darah minimal satu kali dalam satu bulan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kenali Risiko

Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia, Muhammad Adib Khumaidi berpendapat bicara diabetes yang harus dilakukan adalah kenali risiko dan bagaimana pencegahannya.

Terpenting, ujar Adib, masyarakat memiliki akses yang sama bila terkena diabetes untuk mendapat penatalaksanaan yang tepat.

Apalagi, tegas dia, diprediksi jumlah penderita diabetes akan terus meningkat di masa datang. Diakui Adib perubahan pola hidup sudah mulai terlihat pada masyarakat di perkotaan, tetapi belum terlihat secara masif.

Adib juga mendorong agar dilakukan kampanye untuk mengurangi konsumsi yang manis lewat regulasi yang mewajibkan informasi kandungan gula dalam makanan yang beredar.

Menurut Adib, awareness masyarakat terkait ancaman diabetes adalah pekerjaan rumah bagi kita semua dalam penanganan diabetes di tanah air.

Bila gejala-gejala klinis diabetes bisa disosialisasikan dengan baik kepada masyarakat, tegas Adib, bisa menjadi cara untuk meningkatkan kepedulian masyarakat luas dalam upaya mendorong pencegahan diabetes.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.