Sukses

Incip Kelezatan Dopita, Dodol Rasa Kopi Robusta Kreasi Warga Gombengsari Banyuwangi

Mungkin banyak dari kita sudah tak asing mendengar kudapan tradisional manis bernama Dodol. Terlebih, kuliner asal Jawa Barat itu sekarang kian berkembang dengan menawarkan rasa buah-buahan.

Liputan6.com, Banyuwangi - Mungkin banyak dari kita sudah tak asing mendengar kudapan tradisional manis bernama dodol. Terlebih, kuliner asal Jawa Barat itu sekarang kian berkembang dengan menawarkan rasa buah-buahan. Namun, bagaimana rasanya jika dodol dicampur dengan bubuk kopi yang khas akan rasa pahitnya?

Ya, salah satu warga kelurahan Gombengsari, Kecamatan Kalipuro, Banyuwangi, berinovasi menciptakan kuliner lezat yang berbahan dasar kopi, dengan nama uniknya yaitu ‘Dopita’ atau Dodol Kopi Robusta.

Tentu saja, Kelurahan Gombengsari memang tersohor dan identik dengan pengahasil utama kopi Robusta dengan kebun rakyatnya. Maka tak heran apabila produk kreasi kulinernya tidak jauh-jauh dari kopi.

Kenyal, lembut, manis ditambah cita rasa dan aroma kopi bercampur dalam satu gigitan dodol yang masuk dalam mulut. Tak lengket di gigi, menjadikan sensasi mengunyah terasa berbeda dari dodol-dodol kebanyakan. Kress, Kress, bunyi krenyes dari bubuk kopi hasil tumbuk tradisional dalam dodol, membuat tekstur khas dari camilan dopita ini.

Diceritakan oleh pencipta jajanan dopita asal lingkungan Kacangan Asri, Kelurahan Gombengsari, Abdurrahman. Munculnya dodol Kopi Robusta ini karena hasil potensi kopi yang tinggi, sehingga dirinya beserta suami ingin membuat ciri khas kuliner yang bisa dikenal oleh masyarakat luas saat mendengar kata Gombengsari. 

“Jadi inginya di Gombengsari produk kopi tidak hanya diperuntukan sebagai seduhan minuman saja, tapi juga bahan kuliner,” kata Abdurrahman kepada Liputan6, Kamis (16/11/2023).

Sama halnya dengan kebanyakan Dodol yang berbahan dasar tepung ketan, santan dan bahan pelengkap lainya, memasukkan bubuk kopi Robusta dalam komposisi adalah pembeda dari kuliner legit dopita.

Namun, bagian tersulit dalam membuat Dopita adalah menakar atau menyeimbangkan kebutuhan komposisi dari setiap bahan. Yang mana harus menonjolkan cita rasa dan aroma kopi dan membuat tekstur kenyal dengan krenyes kopi.

“Jika kebanyakan kopi tidak baik juga, karena dapat berpengaruh pada rasa dan ciri dari dodol itu sendiri yang manis legit,” terang Rahman, sapaan karib Abdurrahman.

2 dari 2 halaman

Dapat Penghargaan Tingkat Jawa Timur

Fakta yang tidak dapat disangkal adalah, Dopita adalah salah satu produk kuliner yang telah mendapat pengakuan dengan menyabet penghargaan dalam kategori produk terunik pada ajang Festival Dewi Cemara tahun 2023 Di Sumenep, Madura. Yang merupakan program besutan dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata provinsi Jawa Timur.

“Jadi dari Banyuwangi yang mewakili adalah Kelurahan Gombengsari, Almhamdulillah kami mendapatkan 3 penghargaan dan salah satunya Produk Terunik yang didalamnya ada Dopita itu,” cetus Rahman.

Kemungkinan, Rahman mengatakan, selain dari rasa dan inovasinya sesuai dengan tema yang diusung Gombengsari, kemasan produk Dopita dari Klobot Jagung itu bisa jadi menambah poin plus, karena memanfaatkan potensi alam pedesaan selain itu pula ramah lingkungan.

“Dodol kopi Robusta ini selain diproduksi untuk dijual, juga menjadi suguhan untuk wisatawan. Bahkan kemarin bule itu ketagihan dan nambah terus,” tandas Ketua Pokadarwis Gombengsari itu.

Pastilah bila Gombengsari menjadi salah satu Desa Wisata dengan sekian banyak potensi seperti produk utama komoditas kopi mulai dari bubuk seduh kopi hingga kuliner dari kopi, lalu produksi susu kambing Etawa hingga pesona alam seperti Wisata Sumber Manis, Air Terjun Goa Pengantin dan Wisata Edukasi Agrowisata desa.

“Untuk Itu inovasi untuk produk turunan kopi seperti Dopita ini sangat diperlukan, karena dapat menarik wisatawan datang,” tutur Rahman.