Sukses

Demam Berdarah Mewabah di Bangladesh, 1.500 Lebih Warga Jadi Korban Meninggal

DGHS juga mencatat 1.623 kasus baru rawat inap di Bangladesh, termasuk 349 kasus di Dhaka. Total kasus demam berdarah telah meningkat menjadi 296.665 pada tahun ini sejak Januari, termasuk 104.576 di Dhaka.

Liputan6.com, Surabaya - Memasuki musim penghujan, ancaman terhadap penyakit demam berdarah dengue (DBD) semakin meluas. Otoritas kesehatan Bangladesh pada Rabu (15/11) mencatat 24 kematian baru akibat demam berdarah, sehingga jumlah korban meninggal telah melampaui 1.500 orang sejak Januari 2023.

Dari 24 kematian tersebut, 11 di antaranya tercatat di Dhaka, yang menjadi episentrum wabah demam berdarah dengue akibat virus yang ditularkan oleh nyamuk itu.

Dilansir dari Antara, Kamis (16/11/2023), sejauh ini, ibu kota Bangladesh itu telah melaporkan 885 kematian dari total 1.520 kematian di seluruh negeri, menurut Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan (DGHS).

DGHS juga mencatat 1.623 kasus baru rawat inap di Bangladesh, termasuk 349 kasus di Dhaka. Total kasus demam berdarah telah meningkat menjadi 296.665 pada tahun ini sejak Januari, termasuk 104.576 di Dhaka.

Sebanyak 289.390 pasien berhasil pulih dengan tingkat kesembuhan keseluruhan sebesar 98 persen, menurut data resmi. Sedikitnya 5.775 pasien saat ini sedang dirawat di berbagai rumah sakit, termasuk 1.507 pasien di Dhaka.

Angka kematian dan rawat inap tahun ini telah mencetak rekor baru dalam 23 tahun terakhir. Bangladesh mulai melakukan pencatatan resmi pada 2000.

Tahun lalu, negara itu melaporkan 281 kematian dan 123.808 kasus demam berdarah.

Virus penyebab demam berdarah ditularkan ke manusia dari gigitan nyamuk yang terinfeksi. Belum ada pengobatan untuk penyakit tersebut.

2 dari 2 halaman

Teknologi Agar Nyamuk Tak Tularkan Dengue

Sebelumnya, Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin menuturkan, nyamuk Aedes aegypti pembawa demam berdarah dengue memang selalu persisten, terutama pada saat musim hujan.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI pada Oktober 2023, kasus dengue terjadi di 464 kabupaten/kota di 34 provinsi.

"Musim hujan pasti naik dengue. Jadi kita lakukan strateginya, memang dari dulu surveilans yang kita perbaiki, tapi karena ini nyamuk ada manajemen vektornya, sekarang ada pergeseran," tutur Budi Gunadi saat Rapat Kerja bersama Komisi IX DPR RI di Gedung DPR RI, Komplek Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (7/11/2023).

"Kalau dulu dipastikan dipotong sesedikit mungkin nyamuknya, tapi teknologi sekarang yang sudah diterapkan di Brasil, di Bangladesh kemudian juga di Singapura, mereka membuat nyamuknya tidak bisa menularkan dengue. Penelitiannya dilakukan di Universitas Gadjah Mada."

Teknologi pengendalian dengue di atas dinamakan inovasi nyamuk Wolbachia.