Sukses

HIV-AIDS Masih Mengancam di Jatim, Surabaya Catat 1.122 Kasus dan Banyuwangi 6.396 Temuan

Nanik mengatakan, jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, terjadi peningkatan penemuan kasus HIV di Surabaya sebesar 27 dimana pada 2022 ada 827 kasus.

Liputan6.com, Surabaya - Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya, Nanik Sukristina mengungkapkan, total penemuan kasus HIV-AIDS  di Kota Surabaya sampai Oktober 2023 sebanyak 1.122 kasus

"Distribusi kasus HIV berdasarkan status kependudukan menunjukkan KTP Surabaya sebesar 600 (53,47 persen) dan KTP Non-Surabaya sebesar 522 (46,52 persen)," ujarnya, Sabtu (2/12/2023).

Nanik mengatakan, jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, terjadi peningkatan penemuan kasus HIV di Surabaya sebesar 27 dimana pada 2022 ada 827 kasus.

“Akan tetapi, berdasarkan status kependudukan menunjukkan bahwa penemuan kasus dengan KTP Surabaya pada tahun 2023 mengalami penurunan sebesar 17,39 persen dibandingkan tahun 2022,” ucapnya.

Nanik menyebut, gambaran distribusi kasus HIV anak pada rentang usia ≤14 tahun sebanyak tujuh kasus. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya terjadi penurunan sebanyak satu kasus.

"Indikasi terjadinya risiko penularan HIV pada anak, disebabkan oleh kurangnya kepatuhan minum obat ARV bagi ibu yang telah terinfeksi HIV karena tidak adanya dukungan dari pasangan (keluarga), serta ketidakberdayaan seorang istri terhadap permasalahan kesehatannya," ujarnya.

Untuk itu, lanjut Nanik, pihaknya telah melakukan perluasan layanan testing HIV melalui 122 layanan. Diantaranya pada 63 puskesmas, 57 rumah sakit, dan 2 klinik utama.

“Sedangkan, untuk pemberian layanan dukungan, perawatan dan pengobatan (PDP) HIV juga telah tersebar di 52 layanan di 38 puskesmas, 13 rumah sakit, dan satu klinik utama,” ucapnya.

Nanik menjelaskan, kasus HIV dapat ditemukan sejak dini dan segera ditatalaksana melalui pengobatan sesuai standar. Kepatuhan dalam mengkonsumsi obat ARV bagi pasien terinfeksi HIV turut di pantau dan dikawal dengan ketat.

“Kota Surabaya terus memperluas jejaring kemitraan dengan menggandeng komunitas peduli HIV agar dapat mendukung dan berkolaborasi bersama dalam upaya pencegahan, serta pengendalian penularan HIV di Kota Surabaya berbasis wilayah,” ujarnya.

Selain itu, kata Nanik, pihaknya juga melakukan kampanye penyebarluasan informasi pencegahan dan penularan HIV bagi pelajar.

2 dari 3 halaman

Edukasi dan Skrining HIV

Membentuk petugas penjangkau untuk melakukan edukasi dan skrining HIV pada kelompok beresiko dengan sasaran waria, lelaki seks dengan lelaki, pengguna narkoba suntik (Penasun), serta pekerja rumah hiburan umum (RHU).

“Kami melakukan pemeriksaan HIV secara mobile/bergerak menyasar pada RHU dan tempat-tempat yang diduga sebagai hotspot (lokasi) kelompok beresiko. Selanjutnya, melakukan layanan testing HIV yang di fasilitas oleh layanan kesehatan, seperti puskesmas, rumah sakit pemerintah dan swasta, maupun klinik utama,” ucapnya.

Tak hanya itu, Dinkes Kota Surabaya terus melakukan pemeriksaan Early Infant Diagnosis bagi bayi usia minimal 6 minggu. Pihaknya juga melakukan skrining HIV secara rutin setiap tiga bulan sekali bagi perilaku kelompok berisiko penularan virus HIV.

Pemberian pengobatan ARV Test and Treat juga diberikan secara gratis, serta memperluas akses pengobatan HIV pada puskesmas dan rumah sakit.

3 dari 3 halaman

Banyuwangi Catat 6.396 Kasus pada 2023

Pemerintah Banyuwangi,mencatat temuan kasus HIV AIDS pada 2023 ada 6.396 kasus.

Ketua KKBS, Muhammad Khoiron, mengatakan pihaknya intens melakukan kampanye pencegahan  HIV AIDS. Kali ini sosliasi yang digelar di pertigaan Patung Kuda Banyuwangi.

"Ini adalah bentuk prihatin kami, karena semakin berkembangnya zaman khususnya di Banyuwangi, masyarakat mulai menerapkan life style budaya modern yang bebas, membuat seks juga berkembang," ucapnya, Jumat (1/12/2023).

Khoiron juga mengatakan, jika melihat data analisis situasi HIV dan Kaskase HIV di Banyuwangi, ditemukan kasus HIV sebanyak 6396, yang banyak menjangkit usia produktif mulai usia 31 sampai 35 tahun.

Apabila dirinci dari data temuan kasus berdasarkan kelompok resiko, masih Khoiron, sebanyak 49 persen orang terserang virus yang menyerang imun tersebut akibat dari Seks Beresiko. Dicontohkan diantaranya sering berganti-ganti pasangan hingga seks bebas.

"Karena termasuk termakan gaya hidup modern tadi, maka cara yang paling baik sebenarnya merubah pola perilaku baik," ujarnya.