Liputan6.com, Banyuwangi - Siti Atikoh Supriyanti, istri capres nomor urut 03 Ganjar Pranowo, safari politik ke sejumlah tempat di Banyuwangi. Atikoh mengunjungi pabrik pengalengan ikan di Muncar, blusukan di Pasar Rogojampi dan mengahadiri istigasah Yayasan Banisroyo dan bertemu para caleg dari partai pengusung di Kecamatan Songgon Banyuwangi.
Atikoh mengatakan, untuk program satu keluarga miskin satu sarjana yang menjadi unggulan pasangan Ganjar- Mahfud, berangkat dari pengalaman pribadinya.
Baca Juga
Kata Siti Atikoh, dirinya memang berasal dari keluarga yang tumbuh di lingkungan pesantren sederhana. Sedangkan Ganjar merupakan anak dari seorang polisi berpangkat rendah.
Advertisement
“Saya berasal dari masyarakat yang sangat biasa yang berjuang kluar biasa agar bisa kuliah di UGM (Universitas Gadjah Mada). Bahkan saya pernah merasakan beberapa bulan harus nunggak untuk bayar kos, karena orangtua saya meninggal, tapi saya yakin bahwa dengan tekad yang kuat, dan tentu saja pertolongan yang maha kuasa selalu aka nada jalan bagi kita,” tegas Atikoh.
Dia mengungkapkan, program satu keluarga miskin satu sarjana merupakan upaya Ganjar- Mahfud untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat kelas bawah. Di mana saat ini, akses ke dunia Pendidikan amat sulit. Sehingga menurutnya, perlu ada political will membantunya.
“Kalau untuk keluarga mampu mereka bisa dapat mengenyam Pendidikan tinggi sendiri, tapi kalau untuk keluarga tidak mampu ini harus difasilitasi oleh pemerintah,”ujar Atikoh, Kamis (25/1/2024).
Atikoh meyakini, jika pemerintah mampu memberi jaminan pendidikan tinggi untuk keluarga tidak mampu, maka taraf hidup mereka sekiranya akan terangkat.
“Dengan seperti itu maka si anak kalau dia benar-benar memang memiliki keinginan untuk pendidikan tinggi, dia akan menjadi sumber atau sosok yang nanti akan bisa memberdayakan keluarga, bisa memperbaiki kehidupan keluarga," paparnya.
Atikoh Nunggak Bayar Kos
Lebih jauh Atikoh bercerita tentang kesulitan keluarganya maupun keluarga Ganjar dalam meraih cita-cita lewat Pendidikan.
Sebagai orang yang sama-sama berangkat dari keluarga yang sederhana, Atikoh maupun Ganjar pernah mengalami kesulitan saat mengenyam Pendidikan tinggi.
Advertisement