Sukses

Jadi Rektor Baru, Nazaruddin Malik Beber Empat Tantangan UMM di Masa Depan

Nazaruddin merupakan putra sulung Abdul Malik Fadjar, anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) periode 2024-2019 yang juga pernah menjadi rektor UMM.

Liputan6.com, Jakarta Prof Dr Nazaruddin Malik ditetapkan sebagai rektor baru Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) 2024-2028, setelah terpilih secara aklamasi.

Nazaruddin merupakan putra sulung Abdul Malik Fadjar, anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) periode 2024-2019 yang juga pernah menjadi rektor UMM. Dia menggantikan rektor sebelumnya Prof Dr Fauzan yang memimpin kampus UMM selama dua periode, yakni tahun 2016-2020 dan 2020 hingga 2024.

"Saya berharap rektor yang baru terus berinovasi agar UMM bisa tetap di atas, seperti center of excellence (CoE) yang dirintis oleh rektor sebelumnya," kata Prof Dr Haedar Nashir, dalam sambutan pelantikan Prof Dr Nazaruddin Malik sebagai Rektor UMM masa bakti 2024-2028 di aula BAU UMM, Senin 12 Februari 2024.

Haedar menyebutkan, program-program internasional serta kerja sama baru bisa menjadikan UMM masuk level world class university,

Haedar mengatakan sejauh ini UMM telah memelopori banyak hal, termasuk menjadikan level perguruan tinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah (PTMA) yang unggul, bukan hanya akreditasi, tapi dalam makna kualitas perguruan tinggi yang diharapkan Muhammadiyah.

“Saya yakin program CoE dalam banyak aktualisasi merupakan wujud inovasi yang terus dilakukan untuk menjadikan UMM tetap di atas. Program CoE perlu terus diakselerasi dan internasionalisasi berbagai program yang membutuhkan berbagai kerja sama," katanya.

Prof Nazaruddin dalam sambutannya mengatakan perguruan tinggi Muhammadiyah adalah sarana strategis untuk turut berperan secara progresif dalam meningkatkan kualitas SDM insani bangsa.

“Perguruan tinggi Muhammadiyah memiliki nilai yang terus didorong menjadi CoE yang menjadi pusat keunggulan yang di dalamnya juga ada kemajuan teknologi, kebudayaan dan peradaban untuk melahirkan manusia yang bermanfaat,” ucapnya.

Pada kesempatan itu, dia menyatakan siap melanjutkan program-program rektor senior yang sekaligus menjadi tokoh inspirasi.

 

2 dari 2 halaman

4 Tantangan UMM ke Depan

Ia memaparkan paling tidak ada empat tantangan UMM ke depan. Pertama, tantangan Muhammadiyah di era digital, target milestone 4 dan 5, yakni international accreditation (2023-2026) dan international competitiveness (2027-2030), dan perubahan jenis masa depan serta perubahan ketertarikan pemangku kepentingan.

Oleh karena itu, ada 10 program strategis yang siap dijalankan. Pertama, menjalankan program-program turunan Persyarikatan Muhammadiyah hasil muktamar ke-48 di Solo.

Kedua, melanjutkan dan menyempurnakan program-program pimpinan UMM sebelumnya, seperti CoE dan Profesor Penggerak Pembangunan Masyarakat.

Ketiga, penguatan komitmen dosen, pegawai, dan mahasiswa pada persyarikatan dalam rangka pembinaan dan pengaderan, dan keempat, konsolidasi penerimaan mahasiswa baru untuk menjaga keberlanjutan.

Selanjutnya, penguatan sistem manajemen dan tata kelola menuju good university governance, melakukan ekspansi akademik dan non-akademik, re-desain program-program internasionalisasi.

Program kedelapan, penguatan penguasaan kemampuan bahasa asing, terutama bagi dosen, mahasiswa dan staf, penguatan kurikulum dengan teknologi digital pada semua program studi, dan kesepuluh, penyelesaian pembangunan fisik gedung GKB V, inventarisasi, dan manajemen pemanfaatan aset.

“Saat ini memasuki tahapan penting menuju internasionalisasi. Bagaimana meningkatkan daya saing internasional," ucapnya.