Sukses

Angka Stunting di Trenggalek Turun 500 Anak per Tahun, Lebih Rendah dari Angka Nasional

Merujuk data statistik yang diterima dari Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Trenggalek, tahun 2022 terdapat sebanyak 2.950 anak yang mengalami gagal tumbuh kembang.

Liputan6.com, Trenggalek - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Trenggalek, Jawa Timur mengklaim telah berhasil menurunkan kasus stunting atau gagal tumbuh kembang pada anak hingga kisaran 500-an anak per tahun.

Sehingga prevalensi angka stunting di Kabupaten Trenggalek turun dari sebelumnya sekitar 7,9 persen (2022) menjadi 6,6 persen (2023).

"Angkanya sudah menurun. Namun, kami ingin terus optimalkan dengan berkolaborasi melibatkan semua elemen," kata Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Trenggalek Novita Hardini usai menerima data resmi dari dinas kesehatan setempat terkait kasus stunting di Trenggalek, Minggu (18/2/2024).

Merujuk data statistik yang diterima dari Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Trenggalek, tahun 2022 terdapat sebanyak 2.950 anak yang mengalami gagal tumbuh kembang.

Sedangkan pada 2023, dilaporkan sebanyak 562 anak terbebas dari stunting dalam kurun waktu setahun. Dengan kata lain, pada kurun 2023 terdapat 2.388 anak yang masih mengalami stunting.

"Ada banyak sebab terjadinya stunting. Mulai dari kurang optimalnya pemberian ASI eksklusif, sering kali terjangkit penyakit, hingga asupan makanan pendamping ASI yang kurang. Untuk itu, kami memberikan intervensi spesifik dan sensitif untuk menangani stunting dari lintas organisasi perangkat daerah," katanya.

Langkah-langkah menurunkan angka stunting itu, lanjut Novita, mulai dari memberikan makanan tambahan, memastikan semua anak mengikuti imunisasi rutin, memantau berat badan, memastikan lingkungan yang bersih hingga air minum yang dikonsumsi.

2 dari 2 halaman

Di Bawah Angka Stunting Nasional

Termasuk intervensi pemberian makanan tambahan hingga optimalisasi tim pendamping keluarga bagi keluarga risiko stunting.

"Termasuk melakukan skrining kepada calon pengantin. Mulai melihat gizinya dari lingkar jangkar lengan atas dan kiri, serta diberikan edukasi dan konseling saat hamil hingga mengatur jarak kehamilan. Yang penting juga adalah mencegah perkawinan anak," katanya.

Langkah kesinambungan itu sukses menurunkan angka stunting. Bahkan, angka tersebut sudah jauh di bawah prevalensi stunting nasional yaitu 21,6 persen dan prevalensi Jawa Timur 19,2 persen.

Termasuk di bawah target pemerintah pusat yang mencanangkan angka prevalensi stunting nasional di bawah 14 persen pada 2024. "Mari bersama kita wujudkan target zero stunting di Kabupaten Trenggalek," katanya.