Sukses

Melihat Indahnya Pantai Parang Semar Banyuwangi, Bekas Tempat Pembuangan Sampah yang Disulap Jadi Wisata Edukasi

Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, terus berupaya untuk membangkitkan destinasi wisata. Ada sejumlah destinasi wisata yang saat ini menjadi andalan kabupaten ujung timur itu, seperti Pantai Pulau Merah, Bansring Underwater, kawah Ijen dan Taman Nasional Alas Purwo.

Liputan6.com, Banyuwangi Kabupaten Banyuwangi terus berupaya membangkitkan destinasi wisata yang ada di wilayah tersebut. Ada sejumlah destinasi wisata yang saat ini menjadi andalan, seperti Pantai Pulau Merah, Bansring Underwater, kawah Ijen dan Taman Nasional Alas Purwo.

Selain destinasi wisata tersebut, ada sejumlah destinasi wisata yang tidak kalah cantiknya yang bermunculan di Banyuwangi, yaitu Pantai Parang Semar.

Destinasi wisata yang berlokasi di Dusun Purwosari, Desa Buluagung, Kecamatan Siliragung, Banyuwangi itu, terkenal akan eksotisme ombak yang  mencirikan pantai Selatan. Tempat ini sebelum menjelma menjadi destinasi wisata yang indah, merupakan tempat pembuangan sampah.

Pengelola wisata Pantai Parang Semar Trisulo Agus Widodo mengatakan, pada awalnya daerah Pantai Parang Semar ini merupakan kawasan yang terbengkalai dan menjadi Tempat Pembuangan Sampah (TPS) masyarakat.

“Dulu area pantai ini menjadi TPS, padahal lingkungannya masih dekat dengan pemukiman warga,”ujar Agus yang juga pendeta Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) Banyuwangi, Rabu (6/3/2024).

Kemudian pada 2019, dirinya mengajak masyarakat Dusun Purwosari membersihkan sampah dan mencoba mengelola pantai tersebut bersama para warga setempat yang tergabung dalam Jemaat Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW).

Kata Agus, destinasi tersebut dibangun berkonsep wisata edukasi, terutama  terkait mencintai lingkungan, melestarikan alam hingga konservasi.

“Dengan Perum Perhutani KPH Banyuwangi Selatan kita bersinergi untuk menjaga kelestarian dengan menanam dan bersih-bersih pantai,” tuturnya.

“Kemudian adanya komunitas atau instansi seperti Perhutani diharapkan dapat meningkatkan kunjungan wisata juga sekaligus peningkatan ekonomi warga sekitar,” imbuhnya.

Nama Parang Semar sendiri, diceritakan oleh Agus, karena adanya parang atau karang besar berbentuk menyerupai lakon pewayangan Semar. Dengan tinggi kurang lebih 30 meter, parang tersebut menjadi penangkal saat ada gelombang besar.

Dulu sekitar tahun 80an, tambah Agus, parang berbentuk semar tersebut masih menyatu dengan daratan dan bisa dijangkau, namun lambat laun  bibir pantai yang kian terkikis dampak abrasi, hingga kini parang tersebut sudah tenggelam di dasar laut.

“Masyarakat sini mempercayai Parang Semar itu sebagai sebuah petunjuk, karena dinilai dari watak tokoh pewayangan Semar Itu sendiri,” tuturnya.

 

2 dari 2 halaman

Fokus Pada Wisata Edukasi

Untuk berkunjung ke Pantai Parang Semar, cukup membayar uang retribusi sebesar Rp5000, sebagai dana swadaya untuk pengembangan wisata.

Karena Pantai Parang Semar berfokus pada wisata edukasi dengan menampilkan keleastarian alam, pengunjung akan belajar vegetasi seperti pohon mangrove, pohon stigi langka hingga diajak untuk lebih belajar mencintai lingkungan.

Wisata tersebut cocok bagi pengunjung yang ingin melakukan camping membuat kegiatan terkait alam dan kegiatan peduli lingkungan.

Meski begitu tak menutup kemungkinan bagi pngunjung yang ingin menimkati suguhan alam seperti muara, hutan stigi cemara, mangrove dan pantai yang begitu menyilaukan mata.

“Ada stand UMKM masyarakat sekitar yang juga menyediakan berbagai camilan dan minuman,’ucap Agus

Selain memiliki camping ground, Pantai Parang Semar juga kerap menjadi tujuan penyu bertelur. Dan Diharapkan  bisa membuat sebuah tempat konservasi penyu sebagai perlindungan telur penyu dari ancaman Binatang dan manusia yang kurang bertangung jawab. Karena juga kembali lagi pada misi awal yaitu mengusung konsep wisata edukasi.

“Di sini biasanya pada bulan 4 sampai bulan 8 musim penyu bertelur,” paparanya.

Tidak hanya menonjolkan konsep edukasi saja. Ternyata sunset di Pantai Parang Semar tidak kalah dari pantai lainya. Jingga menyela  seiring terbenamnya surya dapat pengunjung nikmati pada sore hari.

“Yang bagus ketika saat musim panas akhir dan awal tahun, saat Sunset matahari terlihat sangat bulat dan besar,”pungkas Agus.