Liputan6.com, Banyuwangi - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendy berkunjung ke Wisata Bangsring Underwater Banyuwangi. Selain melihat potensi wisata bahari, Muhadjir juga berdialog dengan nelayan.
“Ini contoh desa wisata yang inovatif. Selama ini kita beranggapan desa wisata itu selalu pedesaan. Destinasi ini merupakan contoh desa wisata yang bisa memaksimalkan potensi pantai di wilayahnya,” kata Menko Muhadjir, Jumat (8/3/2024).
Baca Juga
Bangsring Underwater merupakan obyek wisata bahari berbasis edukasi dan konservasi. Kawasan pantai ini berkembang menjadi destinasi bahari dengan melakukan upaya-upaya konservatif, seperti penanaman terumbu karang, konservasi pantai, hingga penanaman mangrove.
Advertisement
Menariknya, upaya konservasi ini dilakukan oleh nelayan setempat yang dulunya bisa dibilang sebagai pengebom ikan. Hingga 2008, kelompok nelayan Samudra Bakti Bisa memelopori langkah-langkah konservasi setelah mereka menyadari ekosistem laut di kawasan tersebut rusak.
Saat ini, kawasan perairan Pantai Bangsring, telah menjadi salah satu destinasi wisata favorit di Banyuwangi. Wisatawan bisa melihat kejernihan laut, snorkeling, hingga sekedar menikmati kawasan pantai yang rimbun dengan pohon cemara udang.
Destinasi ini kini memiliki omzet Rp 450 juta per bulan. Pendapatan Rumah Tangga Perikanan (RTP) juga meningkat dari yang sebelumnya Rp 50 juta per tahun, menjadi Rp 120 juta per tahun.
"Ini contoh yang bagus. Para nelayan yang semula cenderung menjadi perusak lingkungan, sekarang justru menjadi kekuatan positif untuk memulihkan keadaan. Tak sekadar pulih, tempat ini bahkan sekarang tumbuh menjadi pusat ekonomi kerakyatan yang bisa mensejahterakan masyarakat nelayan di sekitarnya,” ujar Menko PMK.
Di lokasi, Menko berdialog dengan kelompok sadar wisata (pokdarwis). Menko juga berkeliling melihat langsung berbagai kegiatan pemberdayaan nelayan. Termasuk pengolahan sampah laut menjadi bricket, bahan bakar, hingga produk kerajinan.
“Di sini kami melihat sampah bisa diolah menjadi positif. Ada sampah plastik yang dikonversi jadi bahan bakar, tinggal diperbesar volumenya saja. Kalau permodelannya sudah bagus,” ujarnya.
Apresiasi Upaya Penanganan Kemiskinan Ekstrem Banyuwangi
Dalam kunjungannya ke Banyuwangi, Muhadjir juga mengapresiasi upaya penanganan kemiskinan ekstrem yang dilakukan Pemkab Banyuwangi.
“Kemiskinan ekstrem di Banyuwangi sudah bagus berada di angka 0,43 persen. Ini lebih rendah dibandingkan angka nasional sebesar 1,12 persen,” katanya.
Angka kemiskinan ekstrem di Banyuwangi terus turun dalam tiga tahun terakhir. Dari 3,73 persen (2020), menjadi 0,99 persen (2022), dan kini tersisa 0,43 persen (2023).
Atas kinerja positif tersebut, Banyuwangi mendapat apresiasi dari pemerintah pusat berupa Dana Insentif Fiskal Kinerja (DIFK) Penghapusan Kemiskinan Ekstrem 2023 senilai Rp 6,71 miliar. Insentif tersebut secara optimal telah dipergunakan untuk memperkuat program dan strategi penurunan kemiskinan di Banyuwangi.
Menko mengapresiasi program-program penanganan kemiskinan yang dilakukan Banyuwangi dengan program-program partisipatif. Menko berharap Banyuwangi terus melakukan upaya progresif sehingga angka tersebut semakin bisa ditekan.
“Mudah-mudahan tahun ini bisa nol persen, sesuai instruksi Presiden untuk menurunkan angka kemiskinan ekstrem hingga nol persen pada 2024,” ujarnya.
Advertisement