Sukses

Profil Marsekal Tonny Harjono, KSAU Baru yang Dilantik Jokowi di Istana 

Marsekal TNI Tonny menjadi kepala staf termuda jika dibandingkan dengan Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Maruli Simanjuntak (54), dan Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Muhammad Ali (57).

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo resmi melantik Marsekal TNI Tonny Harjono (52) sebagai Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU), menggantikan Marsekal TNI Fadjar Prasetyo di Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat, (5/4/2024).

Marsekal TNI Tonny menjadi kepala staf termuda jika dibandingkan dengan Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Maruli Simanjuntak (54), dan Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Muhammad Ali (57).

KSAU Marsekal Tonny merupakan alumni AAU 1993. Karier awal militernya dimulai dari dia berpangkat letda sampai Kapten dihabiskan di Skadron Udara 3 Pangkalan Udara (Lanud) Iswahyudi Madiun, Jawa Timur.

Skadron Udara 3 merupakan satuan tempur buru sergap yang saat ini menjadi markas pesawat tempur F-16 Fighting Falcon. Tidak hanya mampu menerbangkan F-16, Tonny juga dapat mengawaki Sukhoi Su-27/30, dan Hawk MK-53.

Tonny, saat masih berdinas di Skadron Udara 3 dan berpangkat kapten pernah menunjukkan aksi heroiknya saat memimpin misi mengusir lima pesawat F/A-18 Hornet Angkatan Udara Amerika Serikat (US Navy) yang masuk wilayah Indonesia tanpa izin, tepatnya di atas perairan Kepulauan Bawean, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, pada 3 Juli 2003.

Lima pesawat asing itu terpantau radar TNI AU masuk wilayah Indonesia tanpa izin dan bermanuver seperti layaknya latihan tempur.

Dua pesawat F-16 dari Lanud Iswahyudi kemudian dikerahkan untuk mengidentifikasi lima pesawat asing itu. Dua pesawat itu, masing-masing diawaki oleh Kapten Pnb Ian Fuadi/Kapten Fajar Adrianto, dan Kapten Pnb Tonny Harjono/Kapten Pnb Satrio Utomo.

Dua pesawat itu, yang dilengkapi dua rudal AIM-9 Sidewinder dan 450 butir amunisi senapan mesin kanon kaliber 20 mm, kemudian terbang dan langsung disambut oleh dua pesawat F/A-18 Hornet AS.

Di udara, pesawat tempur TNI AU dan US Navy bermanuver dan saling berupaya untuk mengganggu radar (jamming). Pesawat-pesawat tempur itu juga saling bermanuver ketat dalam jarak yang tipis, hingga akhirnya salah satu pesawat Indonesia menunjukkan sinyal/gesture bahwa mereka bukan pesawat musuh.

Kontak antara dua pihak pun terjadi. Penerbang F-18 Hornet menyatakan mereka terbang di atas perairan internasional, yang kemudian direspons oleh penerbang TNI AU bahwa mereka memasuki wilayah udara Indonesia. P

enerbang F-16 TNI AU itu pun meminta pesawat asing tersebut untuk melaporkan status mereka ke ATC terdekat, yaitu ATC Bali.

Kemudian, pesawat F-18 US Navy itu pun melaporkan aktivitasnya ke ATC Bali, yaitu mereka terbang di wilayah udara Indonesia untuk mengawal armada US Navy, yaitu kapal induk USS Carl Vinson, dua fregat, dan satu destroyer yang berlayar di perairan antara Pulau Madura dan Pulau Kangean menuju Selat Lombok.

TNI AU kemudian lanjut mengintai aktivitas kapal dan pesawat asing itu di perairan Indonesia, yang hasil pengintaian itu pun menjadi dasar protes Indonesia ke AS. Kedutaan Besar AS di Jakarta kemudian meminta maaf atas insiden tersebut, dan berjanji untuk melaporkan kegiatan/aktivitas mereka selama melintas di wilayah Indonesia.

2 dari 2 halaman

Bertugas di Lanud Adisucipto

Selepas berdinas di Skadron Udara 3 Lanud Iswahyudi, Tonny lanjut bertugas di Lanud Adisucipto sebagai instruktur penerbang. Dia kemudian mulai mengemban jabatan strategis sebagai Komandan Skadron Udara 11 Lanud Sultan Hasanuddin pada 2009–2011, kemudian Komandan Lanud Timika, Kepala Dinas Operasi Lanud Hasanuddin, dan Komandan Wing 5 Lanud Sultan Hasanuddin pada 2013–2014.

Tonny kemudian dipilih oleh Presiden RI Joko Widodo sebagai ajudannya pada 2014–2016.

Presiden Jokowi, saat awal kepemimpinannya, menunjuk tiga perwira dari tiga matra yang berbeda untuk menjadi ajudannya. Tiga ajudan itu, yaitu Tonny Harjono (Angkatan Udara), Widi Prasetijono (Angkatan Darat), dan Hersan (Angkatan Laut). Ketiganya punya karier yang moncer usai bertugas sebagai ajudan Jokowi pada 2016.

Prestasi tertinggi dari tiga eks ajudan Jokowi itu diraih oleh Tonny, yang saat ini mendapat kepercayaan sebagai kepala staf TNI Angkatan Udara dan otomatis menyandang pangkat tertinggi di TNI AU sebagai Marsekal TNI.

Sebelum mencapai posisi itu, Tonny menjabat Komandan Lanud (Danlanud) Adi Soemarmo pada 2016–2018, Danlanud Halim Perdanakusuma pada 2018–2020, Staf Khusus KSAU pada 2020, Sesmilpres Kemensetneg RI pada 2020–2022, dan Komandan Komando Pembimaan Doktrin, Pendidikan, dan Latihan TNI AU (Dankodiklatau) pada 2022.

Setidaknya dalam rentang waktu 2020–2022, Tonny menerima kenaikan pangkat dua kali, yaitu dari bintang satu ke bintang dua saat dia menjabat sebagai Sesmilpres, kemudian bintang dua ke bintang tiga saat dia menjabat sebagai Dankodiklatau.

Kemudian, Tonny menjabat sebagai Panglima Komando Operasi Udara Nasional pada 2022–2023, dan jabatan terakhirnya sebelum menjadi KSAU, Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Pangkogabwilhan) II.