Liputan6.com, Trenggalek - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Trenggalek mengidentifikasi 541 rumah warga dengan jumlah penghuni 1.948 jiwa terdampak banjir dan longsor.
"Data terbaru ada 18 desa di delapan kecamatan. Selain rumah, dua fasum/fasos dilaporkan tergenang," kata Kepala BPBD Trenggalek Triadi Atmono di Trenggalek, Sabtu (20/4/2024).
Banjir yang melanda sebagian besar wilayah pesisir selatan Trenggalek dan sekitar kota mulai surut. Namun genangan air masih terlihat di wilayah Desa Karanganyar, Kecamatan Gandusari. Petugas gabungan masih terus bahu-membahu menangani material dampak banjir.
Advertisement
"Selain itu kita juga lakukan evakuasi masyarakat terdampak hingga pengecekan lokasi dan asesmen kebutuhan penanganan," kata dia.
Banjir dipicu hujan lebat yang mengguyur sejak Kamis (18/4), pukul 17.00 WIB hingga pukul 23.30 WIB. Hujan lebat itu juga mengakibatkan bencana longsor di wilayah Kecamatan Bendungan. Sebanyak empat rumah warga di Desa Dompyong dan Sumurup rusak terdampak longsor.
Selain itu akses jalan antar Kecamatan Trenggalek dan Bendungan lumpuh total akibat longsor. Longsor itu terjadi tepatnya di RT14/RW06 Desa Surenlor atau masuk petak 13D RPH Bendungan BKPH Trenggalek.
Saat ini, penanganan material masih terus dilakukan petugas gabungan.
"Ada dua titik longsor berkaitan akses jalan. Untuk yang titik ini masih dalam proses evakuasi," kata Kapolsek Bendungan Iptu Suswanto.
Bencana itu mengakibatkan kerugian hingga Rp37 juta. Taksir kerugian itu berdasarkan kalkulasi tiga pohon mahoni dalam longsor setinggi dan sepanjang 25 meter dengan lebar 8 meter itu.
Titik longsor lainnya sepanjang dan setinggi 15 meter dengan lebar 8 meter sudah dapat dilewati. Longsor itu mengakibatkan kerugian material Rp5 juta.
Selain empat rumah rusak terdampak longsor, empat rumah dan sebuah masjid di Desa Munjungan mengalami kerusakan. BPBD Trenggalek memastikan tidak ada laporan korban jiwa
Sekolah di Munjungan Trenggalek Diliburkan
Madrasah Aliyah Nurul Ulum di Desa Munjungan, Trenggalek, terpaksa meliburkan siswa dan guru setempat dari kegiatan belajar-mengajar (KBM) karena seluruh bangunan kelas di sekolah tersebut terendam banjir hingga ketinggian 1-1, 5 meter.
Staf MA Nurul Ulum, Mansur Arif, Jumat mengatakan, air banjir mulai merendam lingkungan sekolah pada Jumat, pukul 02.00 WIB usai tembok sekolahan bagian samping jebol.
Bencana itu terjadi usai daerah sekitar dilanda hujan sejak Kamis (18/4) pukul 17.00 WIB hingga pukul 23.30 WIB.
Banjir itu disebut banjir paling besar. Saking besarnya, tembok sepanjang 30 meter jebol. Kondisi itu membuat air dengan derasnya masuk ke lingkungan sekolah dan merusak fasilitas yang ada.
Sekitar pukul 02.30 WIB air mulai surut karena air yang masuk ke lingkungan sekolah itu langsung mengalir ke sungai. "Air luapan dari sungai tengah masuk ke sekolahan," katanya.
Banjir yang menggenangi hampir seluruh ruangan sekolah menyebabkan alat-alat yang ada di dalamnya ikut terendam dan diprediksi mengalami kerusakan, seperti komputer di ruang guru hingga ruang kelas. Berkas-berkas di meja guru maupun di lemari dokumen juga terlibat berantakan.
Belum diketahui berapa taksir kerugian kerusakan akibat bencana itu.
"Semua peralatan sekolah terendam banjir seperti, ruang komputer, ruang perpustakaan dan ruang kelas," imbuhnya.
Akibat peristiwa itu, sekolah meliburkan aktivitas kegiatan belajar mengajar di sekolah. Sebab baik guru, tenaga pendidik maupun petugas gabungan masih sibuk membersihkan sisa lumpur dan memperbaiki dampak kerusakan akibat banjir yang terjadi di beberapa titik itu.
"Hari ini kita membersihkan sisa lumpur dengan peralatan dan tenaga seadanya," katanya.
Dari keterangan pihak sekolah, rencananya aktivitas pembelajaran di sekolah dimulai pada Senin (22/4). Pihak sekolah masih akan melakukan pembersihan sisa-sisa material pada Sabtu (20/4).
Â
Â
Advertisement