Sukses

Nur Hasanah Penjual Kerupuk Asal Probolinggo Berangkat ke Tanah Suci Usai Menabung Puluhan Tahun

Nur Hasanah (49) tidak menyangka jika seorang penjual kerupuk seperti dirinya bisa mendapat panggilan untuk berangkat haji ke Tanah Suci.

Liputan6.com, Surabaya - Nur Hasanah (49) tidak menyangka jika seorang penjual kerupuk seperti dirinya bisa mendapat panggilan untuk berangkat haji ke Tanah Suci.

“Alhamdulillah barokah, sambil dibantu suami saya bertani saat itu. Kalau sekarang suami sudah tidak kerja lagi karena sakit stroke,” ujarnya, Sabtu (24/5/2024), dikutip dari akun kemenag Jatim.

Nur Hasanah menjelaskan sehari-hari dia berjualan kerupuk di Pasar Wonoasih, Probolinggo.

“Saya berjualan kerupuk renteng di pasar mulai jam 3 dini hari sampai jam setengah 10 pagi. Ya tergantung ramai atau tidaknya. Kalau sepi, jam 9 saya sudah pulang,” tuturnya.

Sebagai pedagang, dia mengaku pendapatannya tidak tentu.

“Namanya juga jualan, terkadang sepi terkadang ramai,” akunya.

Ia mengaku menggoreng dan mengemas kerupuknya sendiri.

“Alhamdulillah kini saya bisa mempekerjakan orang untuk membantu saya menggoreng dan membungkus kerupuk. Kalau kerupuk mentahnya, saya mengambil dari Sidoarjo,” jelasnya.

 

Nur Hasanah bergabung dalam kloter 43 asal Probolinggo. Meski harus tertatih-tatih dan agak pincang akibat syaraf terjepit, dia tetap semangat berangkat ke Tanah Suci.

“Saya disarankan dokter untuk melakukan operasi tetapi saya menolak karena mau berangkat haji. Kalau sudah pulang nanti, saya konsultasikan lagi,” tuturnya.

Meskipun jalan harus dituntun, Nur Hasanah sudah siap lahir batin berangkat haji. “Yah kondisi saya seperti ini, susah jalan. Suami saya juga sudah tiga tahun ini sakit stroke tetapi Alhamdulillah kami bisa berangkat.” ucapnya penuh syukur.

2 dari 2 halaman

Mendaftar Haji pada 2011

Nur mengenang awal mula dia mendaftar haji pada 2011. “Saya dan suami, Pak Kholili dari dulu ingin mendaftar haji tetapi uang kami saat itu belum mencukupi,” terangnya.

Kebetulan saat itu ada BMT Syariah yang menawarkan dana talangan haji.

“Saat itu, saya punya uang sebelas juta, kurang 14 juta, saya pun pinjam ke BMT. Dalam waktu satu tahun, saya bisa melunasi hutang saya di BMT,” jelasnya.

Sambil menunggu masa keberangkatannya, Nur rutin menabung di BMT.

“Setiap hari saya menabung kadang 5 ribu, kadang 10 ribu. Tiap hari Jumat libur. Ketika nabung pada hari Sabtu, saya nabung untuk jatah dua hari,” jelasnya.

Nur Hasanah dan suami tercintanya, Kholili mestinya tahun ini berangkat bertiga bersama ibunda. Namun takdir berkata lain, sang ibunda telah mendahului menghadap Ilahi. Di tanah suci nanti dia akan memanjatkan doa terbaiknya untuk ibunda tercinta serta untuk anak-anak beserta keluarga di tanah air. Dia juga ingin memanjatkan doa untuk kesembuhan sakitnya dan suaminya.

“Semoga diijabah Allah SWT,” harapnya.