Sukses

Kisah Sukses Jarot Setiawan, Mantan PMI Banyuwangi yang Sukses Jadi Pengusaha Susu Kambing Perah

Sepulangnya ke kampung halaman, ia sempat mencoba peruntungan dengan menjadi petani jeruk, namun sejak 2016 beralih ke usaha peternakan kambing perah.

Liputan6.com, Banyuwangi - Sempat dua kali mengadu nasib di negeri orang menjadi pekerja migran Indonesia (PMI), Jarot Setiawan akhirnya memilih kembali ke Banyuwangi. Dia membangun usaha peternakan kambing perah. Kini peternakan yang dia rintis mampu memproduksi ratusan liter susu kambing per hari.

Di bekas lahan kebun jeruk di Desa Seneporejo, Kecamatan Siliragung, terdapat peternakan kambing perah jenis Sapera. Ada sekitar 200 kambing di peternakan yang tertata rapi dan bersih itu. Di tempat itulah, Jarot memproduksi susu kambing.

Jarot Setiawan menceritakan, sebelum memulai usaha peternakan kambing perah, dia bekerja sebagai PMI di Taiwan. Ia bekerja di sana selama dua kali, yakni dari 1999 hingga 2002 dan kembali lagi dari tahun 2006 sampai 2009.

Sepulangnya ke kampung halaman, ia sempat mencoba peruntungan dengan menjadi petani jeruk, namun sejak 2016 beralih ke usaha peternakan kambing perah.

"Waktu itu kerja ngelas di Taiwan, terus pulang ikut bertani jeruk dengan keluarga. Akhirnya saya memilih beternak kambing perah sejak tahun 2016 hingga saat ini," kata Jarot.

Saat ini memiliki sekitar 200 ekor kambing perah produktif jenis Sapera. Dengan rata-rata produksi susu kambing mencapai 700-1.000 liter per minggu.

"Satu kambing rata-rata bisa menghasilkan 1 sampai 2 liter susu tiap hari. Total rata-rata tiap hari bisa dapat 100-150 liter, tergantung produktivitas kambingnya," terang Jarot.

Jarot menambahkan susu kambing yang dihasilkan setiap minggunya dikirim ke supplier pabrik susu bubuk di Yogyakarta dan Semarang. Untuk susu kambing per liternya dihargai Rp 16.000.

"Kita jual ke supllier dalam bentuk beku. Setiap minggunya bisa ambil 700 hingga 1000 liter susu kambing," tuturnya.

2 dari 2 halaman

Susu Kambing Mulai Tren

Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani, saat mengunjungi peternakan kambing perah milik Jarot menyatakan, susu kambingnya enak, tidak bau prengus.

"Jadi selama ini kesan susu kambing itu bau, tidak benar. Bentuknya lebih kental dari susu sapi. Dan yang terpenting, harganya lebih mahal dari susu sapi," katanya.

Saat ini mulai ada tren banyak masyarakat yang beralih dari susu sapi ke susu kambing. Ada penelitian menyebut kandungan gizi susu kambing yang lebih banyak daripada susu sapi. Harganya juga lebih mahal susu kambing.

"Susu kambing saat ini banyak diminati masyarakat, sehingga beternak kambing perah bisa menjadi pilihan," kata Ipuk.

Menurut Ipuk, Jarot menjadi contoh bagaimana sektor pertanian memiliki prospek untuk dikembangkan.

"Kisah sukses Mas Jarot dalam mengembangkan usaha susu kambing perah ini bisa menjadi inspirasi anak-anak muda Banyuwangi. Merintis usaha dari nol, hingga kini menjadi salah satu pemasok susu kambing," tutur Ipuk.