Sukses

Pita Mulsa Organik dari Limbah Pisang dan Enceng Gondok Cegah Pertumbuhan Gulma

Dosen Universitas Brawijaya ini mengembangkan mulsa organik dari limbah tanaman yang akan diterapkan di Malaka Nusa Tenggara Timur

Liputan6.com, Malang - Pohon pisang, enceng gondok dan daun paitan sangat mudah dijumpai di berbagai daerah. Limbah organik yang dihasilkan dari tanaman itu bisa dimanfaatkan para petani untuk mencegah gulma atau tanaman pengganggu yang tumbuh liar. 

Dosen Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang Rita Parmawati mengembangkan pita mulsa organik dari limbah pisang, enceng gondok dan daun paitan yang dapat digunakan untuk menggantikan mulsa dari plastik.

"Tentu lebih ramah lingkungan dibanding musla plastik yang tidak bisa terurai dengan baik," kata Rita, Kamis, 11 Juli 2024.

Mulsa merupakan lapisan pelindung berasal dari segala jenis bahan yang disebarkan di atas tanah untuk melindungi atau memperbaiki area yang ditutupi. Mulsa dapat memanfaatkan bahan organik maupun anonganik. 

Menurut Rita, mulsa organik dapat digunakan untuk mencegah pertumbuhan gulma. Serta mengurangi laju evaporasi atau penguapan, yang berarti membantu menghemat dan memperluas ketersediaan air. 

"Tentu penggunaan mulsa organik lebih baik dibanding mulsa plastik," ucap dia.

Rita menjelaskan, penggunaan mulsa plastik dapat menurunkan pertumbuhan dan hasil tanaman. Serta bisa meningkatkan serangan hama, peningkatan kontaminasi mikroplastik, hilangnya struktur tanah.

"Juga bisa mengurangi aktivitas mikroorganisme tanah," ujar dia.

Sudah banyak yang menerapkan mulsa organik memanfaatkan limbah tanaman. Sedangkan Rita memanfaatkan tanaman pisang, enceng gondok dan daun paitan, dihancurkan dan dicacah lalu dicetak jadi lembaran selebar 25 sentimeter.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Diterapkan di Malaka NTT

Rita mengatakan, inovasinya bakal diterapkan di Kabupaten Malaka, Nusa Tenggara Timur jelang musim tanam kedua nanti. Proses penerapan mulsa organik ini sudah pada tahap sosialisasi ke pemerintah daerah dan kelompok tani setempat.

"Kami ada beberapa pertimbangan kenapa penerapannya di Malaka," ucap dia.

Mata pencaharian masyarakat setempat mayoritas di sektor pertanian. Sayangnya pertumbuhan pertanian di daerah tersebut masih rendah. Produktivitas pertanian padi di Malaka selama 2020-2022 menurun berdasar data Badan Pusat Statistik (BPS).

"Ada kesulitan pasokan benih padi dan masalah lain seperti gulma, evaporasi, suhu tanah, dan sistem irigasi," urai Rita.

Penerapan mulsa organik di daerah tersebut berfungsi menekan pertumbuhan gulma. Serta mengurangi evaporasi sampai 40 persen. Lapisan itu juga akan terurai menjadi pupuk bila kena sinar matahari. 

"Kami akan mengajarkan maayarakat pembuatan pita mulsa ini agar nanti bisa mandiri dan membantu produktivitas pertanian," kata Rita.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.