Sukses

Viral Pusaran Angin Mirip Tornado Melanda Lautan Pasir Bromo, Begini Kata BB TNBTS

Septi mengatakan, fenomena tersebut pada umumnya terjadi di daerah yang memiliki lapisan pasir dan debu seperti daerah gurun atau padang pasir.

Liputan6.com, Surabaya - Sebuah video viral di media sosial yang memperlihatkan adanya tornado yang terjadi di lautan pasir Gunung Bromo. Pihak Balai Besar TNBTS menyebut fenomena tersebut biasa terjadi pada saat musim panas.

Kepala Bagian Tata Usaha TNBTS Septi Eka Wardhani mengungkapkan, fenomena itu merupakan hal biasa yang terjadi di kawasan lautan pasir Bromo dan sekitar terutama saat musim panas dan kering.

"Fenomena ini dikenal dengan nama dust devil. Secara visual tampak seperti pusaran angin mirip seperti tornado yang membawa debu dan pasir, namun dengan ukuran yang relatif lebih kecil dari tornado," ujarnya, Rabu (17/7/2028).

Septi mengatakan, fenomena tersebut pada umumnya terjadi di daerah yang memiliki lapisan pasir dan debu seperti daerah gurun atau padang pasir.

"Dust devil pada umumnya tidak dianggap berbahaya karena kecepatan angin dari dust devil cenderung lebih rendah daripada tornado. Namun, apabila berada terlalu dekat dengan dust devil, debu dan pasir yang terangkat oleh angin akan sangat mengganggu," ucapnya.

Meski tidak berbahaya, lanjut Septi, pihaknya menyarankan agar pengunjung untuk menghindari atau menjauh jika melihatnya.

"Namun, jika terlanjur berada sangat dekat dengan pusaran angin tersebut, disarankan untuk diam sejenak sambil menutup mata dan melindungi hidung atau saluran pernapasan hingga pusaran angin hilang," ujarnya.

2 dari 2 halaman

Fenomena Embun Es Mirip Salju di Bromo

Sebelumnya, fenomena embun es atau embun upas juga muncul di sejumlah di sejumlah titik di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS). Kondisi ini terjadi akibat penurunan  suhu ekstrem di kawasan tersebut. 

"Embun upas atau frost merupakan fenomena yang sering terjadi khususnya di kawasan TNBTS khususnya saat musim kemarau," kata Kepala Bagian Tata Usaha TNBTS Septi Eka Wardhani, Senin (15/7/2024).

Advertisement Eka menjelaskan embun upas terjadi karena udara dingin akibat angin munson Timur yang berembus dari benua Australia.

Fenomena ini terjadi ketika suhu udara cukup dingin berkisar antara 5 - 9 derajat Celsius dan hanya dijumpai pada pagi hari, atau sebelum matahari terbit dengan sempurna. Embun upas akan menghilang saat matahari mulai meninggi.

Pada musim kemarau, cuaca cenderung lebih dingin karena adanya penurunan suhu yang cukup ekstrem. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi puncak musim kemarau tahun 2024 di sebagian besar wilayah Indonesia terjadi di bulan Juli dan Agustus.

"Kemunculan embun upas yang membeku menyerupai salju membuat kawasan wisata Gunung Bromo dan sekitarnya tampak semakin eksotis. Pemandangan kawasan Lautan Pasir Gunung Bromo tampak memutih dan lebih menarik," katanya.